Selasa, 29 Mei 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sebuah bahasa,termasuk bahasa arab,pada awalnya bermula dari bahasa lisan (lughah al-Nutq) yang digunakan para pemakai bahasa untuk berkomunikasi dengan sesamanya,sebelum pada tahap selanjutnya,bahasa itu dikodifikasi atau dibukukan dalam bentuk bahasa tulis (lughah kitabah).Asumsi ini diperkuat dengan bukti realistis yang menunjukkan betapa banyak bahasa yang telah pernah berkembang lalu punah karena belum dikodifikasi dalam catatan.Hal itu disebabkan manusia yang belum mengenal budaya tulis menulis sehingga bahasa lisan mereka lenyap bersamaan dengan eksistensi peradaban mereka. Dari latar belakang diatas penulis akan menjelaskan bagaimana cara menyusun kamus yang baik agar bisa digunakan oleh masyarakat umum.Dan disini penulis akan menjelaskan perkamusan bahasa arab. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1.Apa pengertian dari”Ilmu Al-Ma’ajim (Leksikologi Bahasa Arab)”? 2.Bagaimana perkembangan “Ilmu Al-Ma’ajim (Leksikologi Bahasa Arab)”? 3.Siapakah tokoh-tokoh “Leksikologi Bahasa Arab”? 1.3 TUJUAN 1.Memahami makna Leksikologi Bahasa Arab 2.Mengetahui perkembangan Leksikologi Bahasa Arab 3.Mengetahui tokoh-tokoh Leksikologi Bahasa Arab. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Leksikologi Bahasa Arab Leksikologi (Ilm Al-Ma’ajim),menurut Dr.Ali Al-Qasimy adalah: علم المعاجم أو علم المفردات هو دراسة المفردات ومعانيها في لغة واحدة أو في عدد من اللغات.ويهتم علم المفردات من حيث الأساس باشتقاق الألفاظ،وأبنيتها،ودلالاتها المعنوية والإعرابية ،والتّعابير الإصطلاحية ، والمترادفات وتعدد المعاني. Leksikologi atau ilmu kosakata adalah ilmu yang membahas tentang kosakata dan maknanya dalam sebuah bahasa atau beberapa bahasa.Ilmu ini memprioritaskan kajiannya dalam hal derivasi kata,struktur kata,makna kosakata,idiom-idiom,sinonim dan polisemi. Leksikologi dalam bahasa inggris dinamakan “Lexicology” yang berarti ilmu atau studi mengenai bentuk,sejarah dan arti kata-kata.Sedangkan dalam bahasa arab,leksikologi disebut dengan “Ilm Al-Ma’ajim”,yaitu ilmu yang mempelajari seluk beluk kamus. Menurut bahasa,lexicology berasal dari kata lexicon yang berarti:kamus,mu’jam atau istilah dari sebuah ilmu.Menurut istilah,leksikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari seluk beluk makna /arti kosakata yang telah termuat atau akan dimuat didalam kamus. Sedangkan leksikografi (Dirasah Mu’jamiyah) adalah pengetahuan dan seni menyusun kamus-kamus bahasa dengan menggunakan sistematika tertentu untuk menghasilkan produk kamus yang berkualitas,mudah dan lengkap. Antara leksikologi dan leksikografi tidak bisa dipisahkan.Leksikologi tanpa leksikografi tidak akan menghasilkan sebuah produk kamus yang baik,benar dan mudah dimanfaatkan oleh para pengguna bahasa.Sebaliknya,leksikografi tanpa leksikologi juga hanya dapat melahir\kan kamus-kamus yang tidak sempurna dalam mengungkap makna kosakata.Akan tetapi,ilmu leksikografi sebagai bagian dari linguistik terapan,lebih memerlukan hasil-hasil kajian atau penelitian dari ilmu leksikologi dalam upaya mewujudkan kamus yang baik,benar,lengkap dan memudahkan pembaca.karena itu,istilah “ilmu leksikologi” berarti berhubungan dan mencakup leksikografi. Secara teknis,Ali Al-Qasimy menjelaskan bahwa leksikografi adalah ilmu yang membahas tentang 5 langkah utama dalam menyusun sebuah kamus: 1.Mengumpulkan data (kosakata), 2.Memilih pendekatan dan penyusunan kamus yang akan ditempuh, 3.Menyusun kata sesuai dengan sistematika tertentu, 4.Menulis materi, 5.Mempublikasikan hasil kodifikasi bahasa atau kamus tersebut. Dengan demikian,baik ilmu leksikologi maupun leksikografi keduanya adalah bagian dari ilmu linguistik.Leksikologi,sebagai studi pengembangan dari ilmu semantik,menjadi bagian dari ilmu linguistik teoritis (Ilm Al-Lughah Al-Nadzary).Sedangkan leksikografi,sebagai studi pengembangan dari leksikologi,menjadi bagian dari linguistik terapan (Ilm Al-Lughah Al-Tathbiqy). 2.2 Perkembangan Leksikologi Arab 2.2.1 Sejarah Leksikologi Bahasa Arab Sebuah bahasa,termasuk bahasa arab,pada awalnya bermula dari bahasa lisan (lughah al-Nutq) yang digunakan para pemakai bahasa untuk berkomunikasi dengan sesamanya,sebelum pada tahap selanjutnya,bahasa itu dikodifikasi atau dibukukan dalam bentuk bahasa tulis (lughah kitabah).Asumsi ini diperkuat dengan bukti realistis yang menunjukkan betapa banyak bahasa yang telah pernah berkembang lalu punah karena belum dikodifikasi dalam catatan.Hal itu disebabkan manusia yang belum mengenal budaya tulis menulis sehingga bahasa lisan mereka lenyap bersamaan dengan eksistensi peradaban mereka. Selain alat komunikasi,bahasa juga berfungsi sebagai alat berpikir atau media nalar bagi pemakai bahasa itu sendiri.Perkembangan sebuah bahasa mengikuti perkembangan pemikiran para pengguna bahasa.Sedang manusia,ia tidak akan mampu menghafal dan mengembang seluruh kata dari bahasanya sekalipun ia memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi.Oleh sebab iu,terkadang seseorang tidak mampu mengingat sebuah kata atau kesulitan untuk menyebut kosakata yang sesuai dengan yang ia inginkan. Problem diatas menunjukkan urgensi kamus sebagai bahan rujukan untuk mengembangkan makna,menghimpun kata,melestarikan bahasa dan mewariskan peradaban yang bisa dikembangkan.Hal ini yang mendasari manusia melirik pentingnya bahasa tulis untuk mengkodifikasi bahasa mereka. Bahasa arab merupakan bahasa yang kaya dengan kosakata.Kosakata dalam bahasa arab merangkum semua bidang.Ia dapat diperhatikan berdasarkan kepada kata-kata yang dikodofikasikan didalam kamus-kamus arab.Dalam bahasa arab,pembentukan satu kata saja bisa menunjuk ke beberapa makna.Contohnya kata ‘Ain yang memberi makna kepada mata penglihatan,mata air,sebuah negeri,sebuah tempat,ketua kaum,pimpinan tentara,bermakna diri,bayaran sekaligus secara tunai,sejenis mata uang,pengintip dan huruf ‘Ain. Selain kebutuhan terhadap kodifikasi bahasa dalam bentuk tulisan dikalangan bangsa arab,karakter bahasa arab yang memiliki kekayaan kosa kata dan aspek kesamaan makna dalam beberapa kata,merupakan faktor pendukung yang memudahkan bangsa arab untuk menyusun kamus. Proses kodifikasi,pada akhirnya merubah bahasa arab dari semula yang tidak ilmiah(tidak bisa dipelajari secara ilmiah) menjadi bahasa ilmiah,bahasa yang tunduk kepada sistem yang juga diikuti oleh obyek ilmiahnya. Proses pengumpulan dan kodifikasi bahasa bertolak dari kekhawatiran terjadinya kerusakan bahasa karena menyebarnya dialek yang menyimpang(Lahn) dalam masyarakat dimana orang arab sebagai kelompok minoritas.Karena terjadinya Lahn yang disebabkan oleh terjadinya percampuran antara orang arab dan non-arab (mawali) di kota-kota besar semisal Irak dan Syam,maka wajar jika bahasa arab yang dipandang valid(al-lughah al-shahihah) dicari dari orang-orang badui khususnya dari kabilah-kabilah yang masih terisolisir dan masyarakatnya masih memelihara instink dan kemurnian pelafalannya.Karena itu,para leksikolog lebih mengarahkan periwayatan bahasa kepada orang badui. Jadi,pada awalnya proses pemaknaan kosakata dalam bahasa arab bermula melalui metode pendengaran (al-sima’),yaitu pengambilan riwayat oleh para ahli bahasa dengan cara mendengarkan langsung perkataaan orang-orang badui.Kemudian,metode pendengaran bergeser ke metode analogi (qiyas),yaitu pemaknaan kata dengan menggunakan teori-teori tertentu yang dibuat oleh para ahli bahasa. 2.2.2 Dasar-dasar Kodifikasi Bahasa Arab. Sebelum era Dinasti Abbasiyah,bangsa Arab,terutama umat islam,belum banyak yang mengenal pentingnya kodifikasi bahasa atau penyusunan kamus-kamus bahasa arab.Paling tidak,manurut Dr.Imel Ya’qub,ada 3 faktor yang menyebabkan kenapa bangsa arab belum atau terlambat dalam hal penyusunan kamus. 1.Mayoritas bangsa Arab masih ummy (buta huruf) Sebelum Islam datang di Jazirah Arab,bangsa Arab yang bisa membaca dan menulis dapat dikatakan sangat minim.Nabi Muhammad SAW sendiri menyatakan,dan Al-Qur’an menegaskan,apa yang telah diketahui orang-orang pada zamannya,yaitu bahwa beliau buta huruf,dan tak mungkin dapat menyusun Al-Qur’an.Memang,pada era wahyu Al-Qur,an diturunkan,mayoritas sahabat Nabi juga tidak banyak yang mampu membaca dan menulis.Kenyataan ini yang menyebabkan masyarakat bangsa Arab kurang memperhatikan masalah kodifikasi bahasa mereka.Apalagi untuk mengumpulkan makna kosakata dan menulisnya dalam bentuk kamus. 2.Tradisi nomadisme dan perang. Didalam Jazirah Arab,penduduknya tidak pernah menetap.perpindahan dari tanah pertanian ke padang rumput dan dari padang rumput ke tanah pertanian ,terus terjadi,dan menjadi ciri setiap fase sejarah jazirah.Selain tradisi nomadisme,penduduk jazirah Arab kerap kali berperang antar suku dan golongan.Tradisi nomadisme dan perang menjadi sebab utama bangsa Arab untuk kurang memperhatikan tradisi baca tulis dikalangan mereka. 3.Lebih senang dengan bahasa lisan. Tak dapat dipungkiri jika bangsa Arab sangat fanatik dengan bahasa lisan.Mereka lebih mengagungkan tradisi muhadatsah.khitabah dan syair.Barangkali,secara geografis,wilayah gurun yang sepi dan kebiasaan migrasi juga berperan menciptakan tradisi sastra dukalangan mereka. Ketiga faktor diatas mengakibatkan bangsa Arab sangat tertinggal dengan bangsa lain dalam hal kodifikasi bahasa atau penyusunan kamus-kamus berbahasa arab. Sekalipu demikian,bukan berarti sebelum era Dinasti Abbasiyah,bangsa Arab sama sekali tidak mengenal kamus,sebab leksikologi-dalam arti ilmu yang berusaha mengungkap makna-telah menjadi perbincangan di jazirah Arab.Ide-ide leksikon itu semakin berkembang pesat dikalangan bangsa Arab,terutama umat Islam,seiring dengan aktifitas mereka dalam usaha memahami dan menginterpretasikan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Salah satu buktinya adalah riwayat Abu Ubaidah dalam Al-Fadhail dari anas bahwa ketika Khalifah Umar bin Khaatab ra.(584-644 M) berkhutbah diatas mimbar,beliau membaca ayat : وفاكهة وأبّا “Dan buah-buahan serta rumpu-rumputan” Lalu,Umar berkata:”Arti kata fakihah (buah) telah kita ketahui,tetapi apakah makna kata abb pada ayat tersebut?”. Ibnu Abbas ra. Juga pernah mempertanyakan makna dari kata “Fatir” dalam firman Allah SWT surat Fatir ayat 1.Untuk mencari tahu makna kata tersebut,Ibnu Abbas ra. Rela masuk ke daerah-daerah pelosok desa di wilayah Arab Badui yang dikenal masih memiliki kebahasaan yang asli.Kala itu,Ibnu Abbas melihat 2 orang di dusun yang sedang bertengkar tentang masalah sumur,salah seorang berkat:”Ana Fathartuha” (maksudnya,sayalah yang pertama kali membuatnya).Dengan peristiwa ini,akhirnya Ibnu Abbas bisa memahami bahwa tafsir dari kata fathir berarti “pencipta”. 2.2.3 Faktor Pendorong Penyusunan Kamus Arab Faktor-faktor yang mendorong bangsa Arab untuk mengkodifikasi bahasa mereka dan menyusun kamus-kamus berbahasa Arab,antara lain: 1.Kebutuhan bangsa Arab untuk menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an. 2.Keinginan mereka untuk menjaga eksistensi bahasa mereka dalam bentuk bahasa tulis. 3.Banyaknya buku-buku tafsir yang terbit pada masa awal kodifikasi Al-Qur’an dan Hadits tentang gharaib atau kata-kata asing. 4.Munculnya ilmu-ilmu metodologis pertama dalam islam. 2.2.4 Tahapan Kodifikasi Bahasa Arab Ahmad Amin (1878-1954)menyebutkan ada 3 tahap kodifikasi bahasa Arab hingga lahir kamus-kamus bahasa Arab. 1. Tahap Kodifikasi Non-Sistemik Pada tahap ini seorang ahli bahasa biasa melakukan perjalanan menuju ke desa-desa.Lalu,ia mulai mencari data dengan cara mendengar secara langsung perkataan warga badui yang kemudian ia catat dilembaran-lembaran tanpa menggunakan sistematika penulisan kamus.Intinya,mereka mengumpulkan data melalui istima’, 2. Tahap Kodifikasi Tematik Pada tahap kedua,para ulama’yang telah mengumpulkan data mulai berpikir untuk menggunakan tehnik penulisan secara tematis.Data yang terkumpul mereka klasifikasikan menjadi buku atau kamus tematik. 3. Tahap Kodifikasi Sistematik Pada tahap ketiga,penyusunan kamus mulai menggunakan sistematika penulisan yang lebih baik dan memudahkan para pemakai kamus dalam mencari makna kata yang ingin diketahui.Kamus bahasa Arab pertama yang menggunakan sistematika tertentu adalah kamus Al-‘Ain.karya Khalil bin Ahmad Al-Farahidy (718-768 M/100-170 H)Dari Basrah.Beliau menyusun kamusnya dengan sistematika Al-Shawty. 2.2.5 Sistematika Penyusunan Mu’jam Secara garis besar,ada 2 model penyusunan mu’jam ‘arabiyah yang digunakan para leksikolog,yaitu: (a).Sistem Makna(Kamus Ma’ani) dan (b).Sistem Lafal(Kamus Alfadz). A.Sistem Makna (Kamus Ma’ani) Sistem makna (Kamus Ma’ani) adalah model penyusunan kosakata (item) didalam kamus yang digunakan seorang leksikolog dengan cara menata kata (entri) kamus secara berurutan berdasarkan makna atau kelompok kosa kata yang maknanya sebidang (tematik).Dengan kata lain,pengelompokan entri pada kamus-kamus ma’ani lebih mengedepankan aspek makna yang terkait dengan topik/tema yang telah ditetapkan ole leksikolog.Dengan sistematika ini,maka kamus ma’ani lebih tepat disebut dengan kamus tematik. Kamus-kamus tematik berbahasa Arab,antara lain:Al-Gharib Al-Mushannaf karya Abu Ubaid Al-Qasi bin Salam (150-244 H),Al-Alfadz Al-Kitabiyyah karya Abdurrahman Al-Hamdzani (w.320 H),Mutakhayyir Al-Alfadz karya Ibnu Faris (w.395 H),Fiqh Al-Lughah wa Sir Al-‘Arabiyyah karya Abu Mamsyur Al-Tsa’labi (w.429 H),Al-Mukhashshah fi Al-Lughah karya Ibnu Sydah (398-458 H) dan Kifayah Al-Mutahaffidz wa Nihayah Al-Muthalaffidz karya Ibnu Al-Ajdani (w 600 H). B.Ssistem Lafal (Kamus Alfadz) Sistem Lafal (Kamus Alfadz) adalah kamus yang kata-kata (item) didalamnya tersusun secara berurutan berdasarkan urutan lafal (indeks) dari kosakata yang terhimpun,bukan melihat pada makna kata.Sejak munculnya kamus bahasa Arab pertama,sistematika penyusunan kamus-kamus alfadz terus berkembang pesat seiring dengan kebutuhan para pengguna kamus.Pencarian makna kata dengan cara melihat lafal menjadi Trademark kamus-kamus bahasa Arab.Bhkan,kamus-kamus tematik hanya dipandang sebagai kitab-kitab yang membahas tafsir makna sebagaimana kitab-kitab tafsir Al-Qur’an dan bukan lagi sebagai kamus bahasa. Dalam sejarah perkembangan Leksikon bahasa Arab,Paling tidak terdapat 5 model sistematika (nidzam tartib) yang pernah digunakan leksikolog arab dalam menyusun kamus-kamus lafal,yaitu:Nidzam Al-Shauty (Sistem Fonetik),Nidzam Al-Alfaba’i Al-Khas (Sistem Alfabetis Khusus),Nidzam Al-Qafiyah (Sistem Sajak),Nidzam Al-Alfaba’i Al-‘Aam (Sistem Alfabetis Umum) dan Nidzam Al-Nutqi (Sistem Artikulasi). 2.3 Tokoh-Tokoh Leksikologi Arab 1. Khalil bin Ahmad Alfarahidi Khalil adalah seseorang yang dikaruniai dengan kecerdasan otak dan daya kreativitas yang tinggi oleh Allah SWT. Ia adalah pecinta ilmu yang sejati . Terbukti , ia gemar berkelana dari satu desa ke desa lain yang jaraknya berjauhan hanya untuk mengambil periwayatan lain dari penduduk desa demi memahami satu makna kata. Teori-teorinya banyak terbentuk dari hasil penelitian Ilmiah di lapangan. Khalil rela bergaul dengan penduduk Arab Badui di pedalaman untuk memahami makna bahasa. Hidupnya habis demi perkembangan ilmu bahasa dan sastra Arab. Pada akhirnya, Khalil pun tumbuh menjadi salah satu ulama terbesar di bidang ilmu bahasa Arab. Ia adalah ulama yang menguasai ilmu nahwu(sintaks), bahasa(Linguistik),dan satra Arab. Selain itu, ia juga mumpuni di bidang ilmu matematika, ilmu syariat(hukum Islam), dan seni musik. Melalui karyanya yang berjudul Mu’jam Al ‘Ain, Khalil dikenal sebagai peletak dasar-dasar leksikologi, sehingga tak berlebihan jika Khalil disebut sebagai ‘Bapak Leksikolog Arab’. 2. Abu Amr Assyaibani Abu Amr adalah ulama yang paling memahami dialek dan bahasa bangsa Arab. Bahkan ia dikenal sebagai ulama yang paling paham tentang kalimat-kalimat asing(gharib-alnawadir). Sejak masa remaja , ia gemar belajar bahasa Arab bersama kawan-kawannya di seluruh pelosok desa dan bergaul dengan orang-orang badui di pedalamab untuk memahami dialek dan bahasa Arab yang mereka ucapkan. Akhirnya , ia pun menulis beberapa buku yang memuat koleksi (baca; diwan) bahasa dan dialek orang Kufah dan Baghdad sekaligus. 3. Abu Mansyur Al Azhari Al Harawi Abu Mansyur Al Azhari telah menulis kitab, seperti Tadzhib Al Lughah. Latar belakangnya adalah sosial masyarakat di sekitar Abu Mansyur Al Azhari yang selalu menjunjung tinggi bahasa Arab Fushah, dan menolak intervensi bahasa Arab ammiyah(pasaran).Tadzhib Al Lughah berarti “usaha untuk membenarkan atau mengembalikan kemurnian bahasa Arab”. 4. Ibnu Jinni Nama lengkap Ibnu Jinni adalah Abul Fath Utsman bin Jinni Al-Mushily(320-390 H/932-1001 M). Ia adalah ulama terkenal di bidang ilu nahwu dan sastra . Masa kecilnya dihabiskan di kota Mosul, Irak, Konon, ayahnya bekerja sebagai pembantu setia seorang hakim di Mosul bernama Sulaiman bin Fahd Al-Azdi. Sekalipun demikian ,status sosial itu tidak menyurutkan Ibnu Jinni menuntut ilmu dan memperoleh pendidikan seperti anak-anak lainnya. Karya ilmiah yang berhasil ditulis oleh Ibnu Jinni mencapai 67 buku. Namun, bukunya yang paling populer hingga kini adalah Al Khashaish, sebuah buku yang isinya komprehensip meliputi dasar-dasar ilmu nahwu , kaidah usul fiqh , dan nahwu, dan analisi leksikologis terhadap makna-makna kosakata bahasa Arab. Buku yang terdiri dari 162 bab ini , pernah ia hadiahkan kepada Sultan Baha’uddin Al Buhaiwi, tepatnya setelah guru Ibnu Jinni meninggal dunia.\ Di bidang fiqih , Ibnu Jinni mengikuti mazhab Imam Hanafi. Di bidang aqidah , ia lebih memilih sebagai pengikut mu’tazilah dan di bidang ilmu nahwunya condong ke mazhab ulama Bashrah. Beberapa pendapat Ibnu Jinni yang mengundang kontroversin di dalam kitab al Khashaish, antara lain: kritiknys terhadap kekurangan Al-kitab karya Sibawaih dan pendapatnya yang menyatakan bahwani ilmu bahasa Arab termasuk akidah Islam. Dan selain para tokoh-tokoh leksikolog Arab masih ada beberapa tokoh lain yang akan di lain kesempatan. Seperti Ismail bin Qasim Al-Qoli Al-Baghdadi, Ibnu Duraid, Ibnu Faris Al- Razi, Ismail bin Hammad Al-Jawhari , Ibnu Mandzur Al-Afriqi , Muhammad bin Ya’qub Al-Fairuzbadi, Butrus Al-Bustani , Lewis bin Nuqala , Abdullah Al-‘Ulayali, Ali bin Muhammad Al-Jurjani, Ibnu Siddah , Ibnu Al-Sikkit dan lain-lain. BAB III PENUTUP Kesimpulan : 1. leksikologi adalah ilmu yang membahas tentang kosakata dan maknanya dalam sebuah bahasa atau beberapa bahasa. 2. Faktor kodifikasi bahasa Arab: a) antisipasi kepunahan bahasa Arab,b) empirisme bangsa Arab , c) sebagai keterampilan belajar Bangsa Arab, d) ciri bahasa Arab yang multimakna , e) membedakan antara bahasa Arab Fushah dan bahasa Arab ‘Amiyah 3. Dasar- dasar kodifikasi bahasa Arab: a) Mayoritas masyarakat Arab yang masih ummi , b) Tradisi nomadisme dan perang , c) Lebih senang dengan bahasa lisan. 4. Faktor pendorong penyusunan bahasa Arab: a) Kebutuhan bangsa Arab untuk menafsirkan ayat-ayat al Qur’an , b)Keinginan bangsa Arab untuk menjaga eksistensi bahasa dalam bahasa tulis , c) Banyaknya buku-buku tafsir yang terbit pada masa awal kodifikasi al Qur’an dan hadis tentang gharaib , d) Munculnya ilmu-ilmu metedeologis pertama dalam Islam 5. Tahapan kodifikasi bahasa Arab: a) tahap kodifikasi non-sematik , b) tahap kodifikasi tematik , c) tahap kodifikasi sistematik 6. Sistematika penyusunan mu’jam terbagi menjadi dua; sistem makna dan sistem lafal. 7. Tokoh-tokoh leksikolog Arab seperti Khalil ibn Ahmad Al Farahidi, Abu Amr Asy Syaibani , Abu Mansyur Al Azhari Al Harawi, Ibnu Duraidi , Ibnu Faris Al Razi , Ibnu Jinni , Ismail bin Hammad Al Jawhari, Ibnu Mandzur al Afriqi dan lain-lain. Daftar Pustaka Taufiqurrahman, H.R, M.A.2008.Leksikologi Bahasa Arab. Yogyakarta: UIN MALANG-PRESS



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG

Sebuah bahasa,termasuk bahasa arab,pada awalnya bermula dari bahasa lisan (lughah al-Nutq) yang digunakan para pemakai bahasa untuk berkomunikasi dengan sesamanya,sebelum pada tahap selanjutnya,bahasa itu dikodifikasi atau dibukukan dalam bentuk bahasa tulis (lughah kitabah).Asumsi ini diperkuat dengan bukti realistis yang menunjukkan betapa banyak bahasa yang telah pernah berkembang lalu punah karena belum dikodifikasi dalam catatan.Hal itu disebabkan manusia yang belum mengenal budaya tulis menulis sehingga bahasa lisan mereka lenyap bersamaan dengan eksistensi peradaban mereka.
Dari latar belakang diatas penulis akan menjelaskan bagaimana cara menyusun kamus yang baik agar bisa digunakan oleh masyarakat umum.Dan disini penulis akan menjelaskan perkamusan bahasa arab.

1.2  RUMUSAN MASALAH

1.Apa pengertian dari”Ilmu Al-Ma’ajim (Leksikologi Bahasa Arab)”?
2.Bagaimana perkembangan “Ilmu Al-Ma’ajim (Leksikologi Bahasa Arab)”?
3.Siapakah tokoh-tokoh “Leksikologi Bahasa Arab”?

1.3  TUJUAN

1.Memahami makna Leksikologi Bahasa Arab
2.Mengetahui perkembangan Leksikologi Bahasa Arab
3.Mengetahui tokoh-tokoh Leksikologi Bahasa Arab.









BAB II
       PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Leksikologi Bahasa Arab
            Leksikologi (Ilm Al-Ma’ajim),menurut Dr.Ali Al-Qasimy adalah:
علم المعاجم أو علم المفردات هو دراسة المفردات ومعانيها في لغة واحدة أو في عدد من اللغات.ويهتم علم المفردات من حيث الأساس باشتقاق الألفاظ،وأبنيتها،ودلالاتها المعنوية والإعرابية ،والتّعابير الإصطلاحية ، والمترادفات وتعدد المعاني.
            Leksikologi atau ilmu kosakata adalah ilmu yang membahas tentang kosakata dan maknanya dalam sebuah bahasa atau beberapa bahasa.Ilmu ini memprioritaskan kajiannya dalam hal derivasi kata,struktur kata,makna kosakata,idiom-idiom,sinonim dan polisemi.
            Leksikologi dalam bahasa inggris dinamakan “Lexicology” yang berarti ilmu atau studi mengenai bentuk,sejarah dan arti kata-kata.Sedangkan dalam bahasa arab,leksikologi disebut dengan “Ilm Al-Ma’ajim”,yaitu ilmu yang mempelajari seluk beluk kamus.
            Menurut bahasa,lexicology berasal dari kata lexicon yang berarti:kamus,mu’jam atau istilah dari sebuah ilmu.Menurut istilah,leksikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari seluk beluk makna /arti kosakata yang telah termuat atau akan dimuat didalam kamus.
            Sedangkan leksikografi (Dirasah Mu’jamiyah) adalah pengetahuan dan seni menyusun kamus-kamus bahasa dengan menggunakan sistematika tertentu untuk menghasilkan produk kamus yang berkualitas,mudah dan lengkap.
            Antara leksikologi dan leksikografi tidak bisa dipisahkan.Leksikologi tanpa leksikografi tidak akan menghasilkan sebuah produk kamus yang baik,benar dan mudah dimanfaatkan oleh para pengguna bahasa.Sebaliknya,leksikografi tanpa leksikologi juga hanya dapat melahir\kan kamus-kamus yang tidak sempurna dalam mengungkap makna kosakata.Akan tetapi,ilmu leksikografi sebagai bagian dari linguistik terapan,lebih memerlukan hasil-hasil kajian atau penelitian dari ilmu leksikologi dalam upaya mewujudkan kamus yang baik,benar,lengkap dan memudahkan pembaca.karena itu,istilah “ilmu leksikologi” berarti berhubungan dan mencakup leksikografi.
            Secara teknis,Ali Al-Qasimy menjelaskan bahwa leksikografi adalah ilmu yang membahas tentang 5 langkah utama dalam menyusun sebuah kamus:
1.Mengumpulkan data (kosakata),
2.Memilih pendekatan dan penyusunan kamus yang akan ditempuh,

3.Menyusun kata sesuai dengan sistematika tertentu,
4.Menulis materi,
5.Mempublikasikan hasil kodifikasi bahasa atau kamus tersebut.
            Dengan demikian,baik ilmu leksikologi maupun leksikografi keduanya adalah bagian dari ilmu linguistik.Leksikologi,sebagai studi pengembangan dari ilmu semantik,menjadi bagian dari ilmu linguistik teoritis (Ilm Al-Lughah Al-Nadzary).Sedangkan leksikografi,sebagai studi pengembangan dari leksikologi,menjadi bagian dari linguistik terapan (Ilm Al-Lughah Al-Tathbiqy).
2.2 Perkembangan Leksikologi Arab
2.2.1 Sejarah Leksikologi Bahasa Arab
            Sebuah bahasa,termasuk bahasa arab,pada awalnya bermula dari bahasa lisan (lughah al-Nutq) yang digunakan para pemakai bahasa untuk berkomunikasi dengan sesamanya,sebelum pada tahap selanjutnya,bahasa itu dikodifikasi atau dibukukan dalam bentuk bahasa tulis (lughah kitabah).Asumsi ini diperkuat dengan bukti realistis yang menunjukkan betapa banyak bahasa yang telah pernah berkembang lalu punah karena belum dikodifikasi dalam catatan.Hal itu disebabkan manusia yang belum mengenal budaya tulis menulis sehingga bahasa lisan mereka lenyap bersamaan dengan eksistensi peradaban mereka.
            Selain alat komunikasi,bahasa juga berfungsi sebagai alat berpikir atau media nalar bagi pemakai bahasa itu sendiri.Perkembangan sebuah bahasa mengikuti perkembangan pemikiran para pengguna bahasa.Sedang manusia,ia tidak akan mampu menghafal dan mengembang seluruh kata dari bahasanya sekalipun ia memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi.Oleh sebab iu,terkadang seseorang tidak mampu mengingat sebuah kata atau kesulitan untuk menyebut kosakata yang sesuai dengan yang ia inginkan.
            Problem diatas menunjukkan urgensi kamus sebagai bahan rujukan untuk mengembangkan makna,menghimpun kata,melestarikan bahasa dan mewariskan peradaban yang bisa dikembangkan.Hal ini yang mendasari manusia melirik pentingnya bahasa tulis untuk mengkodifikasi bahasa mereka.
            Bahasa arab merupakan bahasa yang kaya dengan kosakata.Kosakata dalam bahasa arab merangkum semua bidang.Ia dapat diperhatikan berdasarkan kepada kata-kata yang dikodofikasikan didalam kamus-kamus arab.Dalam bahasa arab,pembentukan satu kata saja bisa menunjuk ke beberapa makna.Contohnya kata ‘Ain yang memberi makna kepada mata penglihatan,mata air,sebuah negeri,sebuah tempat,ketua kaum,pimpinan tentara,bermakna diri,bayaran sekaligus secara tunai,sejenis mata uang,pengintip dan huruf ‘Ain.
            Selain kebutuhan terhadap kodifikasi bahasa dalam bentuk tulisan dikalangan bangsa arab,karakter bahasa arab yang memiliki kekayaan kosa kata dan aspek kesamaan makna dalam beberapa kata,merupakan faktor pendukung yang memudahkan bangsa arab untuk menyusun kamus.
            Proses kodifikasi,pada akhirnya merubah bahasa arab dari semula yang tidak ilmiah(tidak bisa dipelajari secara ilmiah) menjadi bahasa ilmiah,bahasa yang tunduk kepada sistem yang juga diikuti oleh obyek ilmiahnya.
            Proses pengumpulan dan kodifikasi bahasa bertolak dari kekhawatiran terjadinya kerusakan bahasa karena menyebarnya dialek yang menyimpang(Lahn) dalam masyarakat dimana orang arab sebagai kelompok minoritas.Karena terjadinya Lahn yang disebabkan oleh terjadinya percampuran antara orang arab dan non-arab (mawali) di kota-kota besar semisal Irak dan Syam,maka wajar jika bahasa arab yang dipandang valid(al-lughah al-shahihah) dicari dari orang-orang badui khususnya dari kabilah-kabilah yang masih terisolisir dan masyarakatnya masih memelihara instink dan kemurnian pelafalannya.Karena itu,para leksikolog lebih mengarahkan periwayatan bahasa kepada orang badui.
            Jadi,pada awalnya proses pemaknaan kosakata dalam bahasa arab bermula melalui metode pendengaran (al-sima’),yaitu pengambilan riwayat oleh para ahli bahasa dengan cara mendengarkan langsung perkataaan orang-orang badui.Kemudian,metode pendengaran bergeser ke metode analogi (qiyas),yaitu pemaknaan kata dengan menggunakan teori-teori tertentu yang dibuat oleh para ahli bahasa.
2.2.2 Dasar-dasar Kodifikasi Bahasa Arab.
            Sebelum era Dinasti Abbasiyah,bangsa Arab,terutama umat islam,belum banyak yang mengenal pentingnya kodifikasi bahasa atau penyusunan kamus-kamus bahasa arab.Paling tidak,manurut Dr.Imel Ya’qub,ada 3 faktor yang menyebabkan kenapa bangsa arab belum atau terlambat dalam hal penyusunan kamus.
1.Mayoritas bangsa Arab masih ummy (buta huruf)
            Sebelum Islam datang di Jazirah Arab,bangsa Arab yang bisa membaca dan menulis dapat dikatakan sangat minim.Nabi Muhammad SAW sendiri menyatakan,dan Al-Qur’an menegaskan,apa yang telah diketahui orang-orang pada zamannya,yaitu bahwa beliau buta huruf,dan tak mungkin dapat menyusun Al-Qur’an.Memang,pada era wahyu Al-Qur,an diturunkan,mayoritas sahabat Nabi juga tidak banyak yang mampu membaca dan menulis.Kenyataan ini yang menyebabkan masyarakat bangsa Arab kurang memperhatikan masalah kodifikasi bahasa mereka.Apalagi untuk mengumpulkan makna kosakata dan menulisnya dalam bentuk kamus.
2.Tradisi nomadisme dan perang.
            Didalam Jazirah Arab,penduduknya tidak pernah menetap.perpindahan dari tanah pertanian ke padang rumput dan dari padang rumput ke tanah pertanian  ,terus terjadi,dan menjadi ciri setiap fase sejarah jazirah.Selain tradisi nomadisme,penduduk jazirah Arab kerap kali berperang antar suku dan golongan.Tradisi nomadisme dan perang menjadi sebab utama bangsa Arab untuk kurang memperhatikan tradisi baca tulis dikalangan mereka.
3.Lebih senang dengan bahasa lisan.
            Tak dapat dipungkiri jika bangsa Arab sangat fanatik dengan bahasa lisan.Mereka lebih mengagungkan tradisi muhadatsah.khitabah dan syair.Barangkali,secara geografis,wilayah gurun yang sepi dan kebiasaan migrasi juga berperan menciptakan tradisi sastra dukalangan mereka.

            Ketiga faktor diatas mengakibatkan bangsa Arab sangat tertinggal dengan bangsa lain dalam hal kodifikasi bahasa atau penyusunan kamus-kamus berbahasa arab.
            Sekalipu demikian,bukan berarti sebelum era Dinasti Abbasiyah,bangsa Arab sama sekali tidak mengenal kamus,sebab leksikologi-dalam arti ilmu yang berusaha mengungkap makna-telah menjadi perbincangan di jazirah Arab.Ide-ide leksikon itu semakin berkembang pesat dikalangan bangsa Arab,terutama umat Islam,seiring dengan aktifitas mereka dalam usaha memahami dan menginterpretasikan ayat-ayat suci Al-Qur’an.
            Salah satu buktinya adalah riwayat Abu Ubaidah dalam Al-Fadhail dari anas bahwa ketika Khalifah Umar bin Khaatab ra.(584-644 M) berkhutbah diatas mimbar,beliau membaca ayat :
وفاكهة وأبّا                                                                                          
            “Dan buah-buahan serta rumpu-rumputan”
            Lalu,Umar berkata:”Arti kata fakihah (buah) telah kita ketahui,tetapi apakah makna kata abb pada ayat tersebut?”.
            Ibnu Abbas ra. Juga pernah mempertanyakan makna dari kata “Fatir” dalam firman Allah SWT  surat Fatir ayat 1.Untuk mencari tahu makna kata tersebut,Ibnu Abbas ra. Rela masuk ke daerah-daerah pelosok desa di wilayah Arab Badui yang dikenal masih memiliki kebahasaan yang asli.Kala itu,Ibnu Abbas melihat 2 orang di dusun yang sedang bertengkar tentang masalah sumur,salah seorang berkat:”Ana Fathartuha” (maksudnya,sayalah yang pertama kali membuatnya).Dengan peristiwa ini,akhirnya Ibnu Abbas bisa memahami bahwa tafsir dari kata fathir berarti “pencipta”.
2.2.3 Faktor Pendorong Penyusunan Kamus Arab
            Faktor-faktor yang mendorong bangsa Arab untuk mengkodifikasi bahasa mereka dan menyusun kamus-kamus berbahasa Arab,antara lain:
1.Kebutuhan bangsa Arab untuk menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an.
2.Keinginan mereka untuk menjaga eksistensi bahasa mereka dalam bentuk bahasa tulis.
3.Banyaknya buku-buku tafsir yang terbit pada masa awal kodifikasi Al-Qur’an dan Hadits tentang gharaib atau kata-kata asing.
4.Munculnya ilmu-ilmu metodologis pertama dalam islam.
2.2.4 Tahapan Kodifikasi Bahasa Arab
            Ahmad Amin (1878-1954)menyebutkan ada 3 tahap kodifikasi bahasa Arab hingga lahir kamus-kamus bahasa Arab.
1.      Tahap Kodifikasi Non-Sistemik
Pada tahap ini seorang ahli bahasa biasa melakukan perjalanan menuju ke desa-desa.Lalu,ia mulai mencari data dengan cara mendengar secara langsung perkataan warga badui yang kemudian ia catat dilembaran-lembaran tanpa menggunakan sistematika penulisan kamus.Intinya,mereka mengumpulkan data melalui istima’,
2.      Tahap Kodifikasi Tematik
Pada tahap kedua,para ulama’yang telah mengumpulkan data mulai berpikir untuk menggunakan tehnik penulisan secara tematis.Data yang terkumpul mereka klasifikasikan menjadi buku atau kamus tematik.
3.      Tahap Kodifikasi Sistematik
Pada tahap ketiga,penyusunan kamus mulai menggunakan sistematika penulisan yang lebih baik dan memudahkan para pemakai kamus dalam mencari makna kata yang ingin diketahui.Kamus bahasa Arab pertama yang menggunakan sistematika tertentu adalah kamus Al-‘Ain.karya Khalil bin Ahmad Al-Farahidy (718-768 M/100-170 H)Dari Basrah.Beliau menyusun kamusnya dengan sistematika Al-Shawty.

2.2.5 Sistematika Penyusunan Mu’jam
            Secara garis besar,ada 2 model penyusunan mu’jam ‘arabiyah yang digunakan para leksikolog,yaitu: (a).Sistem Makna(Kamus Ma’ani) dan (b).Sistem Lafal(Kamus Alfadz).
A.Sistem Makna (Kamus Ma’ani)
            Sistem makna (Kamus Ma’ani) adalah model penyusunan kosakata (item) didalam kamus yang digunakan seorang leksikolog dengan cara menata kata (entri) kamus secara berurutan berdasarkan makna atau kelompok kosa kata yang maknanya sebidang (tematik).Dengan kata lain,pengelompokan entri pada kamus-kamus ma’ani lebih mengedepankan aspek makna yang terkait dengan topik/tema yang telah ditetapkan ole leksikolog.Dengan sistematika ini,maka kamus ma’ani lebih tepat disebut dengan kamus tematik.
            Kamus-kamus tematik berbahasa Arab,antara lain:Al-Gharib Al-Mushannaf  karya Abu Ubaid Al-Qasi bin Salam (150-244 H),Al-Alfadz Al-Kitabiyyah karya Abdurrahman Al-Hamdzani (w.320 H),Mutakhayyir Al-Alfadz karya Ibnu Faris (w.395 H),Fiqh Al-Lughah wa Sir Al-‘Arabiyyah karya Abu Mamsyur Al-Tsa’labi (w.429 H),Al-Mukhashshah fi Al-Lughah karya Ibnu Sydah (398-458 H) dan Kifayah  Al-Mutahaffidz wa Nihayah Al-Muthalaffidz karya Ibnu Al-Ajdani (w 600 H).

B.Ssistem Lafal (Kamus Alfadz)
            Sistem Lafal (Kamus Alfadz) adalah kamus yang kata-kata (item) didalamnya tersusun secara berurutan berdasarkan urutan lafal (indeks) dari kosakata yang terhimpun,bukan melihat pada makna kata.Sejak munculnya kamus bahasa Arab pertama,sistematika penyusunan kamus-kamus alfadz terus berkembang pesat seiring dengan kebutuhan para pengguna kamus.Pencarian makna kata dengan cara melihat lafal menjadi Trademark kamus-kamus bahasa Arab.Bhkan,kamus-kamus tematik hanya dipandang sebagai kitab-kitab yang membahas tafsir makna sebagaimana kitab-kitab tafsir Al-Qur’an dan bukan lagi sebagai kamus bahasa.
            Dalam sejarah perkembangan Leksikon bahasa Arab,Paling tidak terdapat 5 model sistematika (nidzam tartib) yang pernah digunakan leksikolog arab dalam menyusun kamus-kamus lafal,yaitu:Nidzam Al-Shauty (Sistem Fonetik),Nidzam Al-Alfaba’i Al-Khas (Sistem Alfabetis Khusus),Nidzam Al-Qafiyah (Sistem Sajak),Nidzam Al-Alfaba’i Al-‘Aam (Sistem Alfabetis Umum) dan Nidzam Al-Nutqi (Sistem Artikulasi).

2.3 Tokoh-Tokoh Leksikologi Arab
1.      Khalil bin Ahmad Alfarahidi
Khalil adalah seseorang yang dikaruniai dengan kecerdasan otak dan daya kreativitas yang tinggi oleh Allah SWT. Ia adalah pecinta ilmu yang sejati . Terbukti , ia gemar berkelana dari satu desa ke desa lain yang jaraknya berjauhan hanya untuk mengambil periwayatan lain dari penduduk desa  demi memahami satu makna kata. Teori-teorinya banyak terbentuk dari hasil penelitian Ilmiah di lapangan. Khalil rela bergaul dengan penduduk Arab Badui di pedalaman untuk memahami makna bahasa. Hidupnya habis demi perkembangan ilmu bahasa dan sastra Arab.
Pada akhirnya, Khalil pun tumbuh menjadi salah satu ulama terbesar di bidang ilmu bahasa Arab. Ia adalah ulama yang menguasai ilmu nahwu(sintaks), bahasa(Linguistik),dan satra Arab. Selain itu, ia juga mumpuni di bidang ilmu matematika, ilmu syariat(hukum Islam), dan seni musik. Melalui karyanya yang berjudul Mu’jam Al ‘Ain, Khalil dikenal sebagai peletak dasar-dasar leksikologi, sehingga tak berlebihan jika Khalil disebut sebagai ‘Bapak Leksikolog Arab’.
2.      Abu Amr Assyaibani
Abu Amr adalah ulama yang paling memahami dialek dan bahasa  bangsa Arab. Bahkan ia dikenal sebagai ulama yang paling paham tentang kalimat-kalimat asing(gharib-alnawadir). Sejak masa remaja , ia gemar belajar bahasa Arab bersama kawan-kawannya di seluruh pelosok desa dan bergaul dengan orang-orang badui di pedalamab untuk memahami dialek dan bahasa Arab yang mereka ucapkan. Akhirnya , ia pun menulis beberapa buku yang memuat koleksi (baca; diwan) bahasa dan dialek orang Kufah dan Baghdad sekaligus.
3.      Abu Mansyur Al Azhari  Al Harawi
Abu Mansyur Al Azhari telah menulis kitab, seperti Tadzhib Al Lughah. Latar belakangnya adalah sosial masyarakat di sekitar Abu Mansyur Al Azhari yang selalu menjunjung tinggi bahasa Arab Fushah, dan menolak intervensi bahasa Arab ammiyah(pasaran).Tadzhib Al Lughah berarti “usaha untuk membenarkan atau mengembalikan kemurnian bahasa  Arab”.
4.      Ibnu Jinni
Nama lengkap Ibnu Jinni adalah Abul Fath Utsman bin Jinni Al-Mushily(320-390 H/932-1001 M). Ia adalah ulama terkenal di bidang ilu nahwu dan sastra . Masa kecilnya dihabiskan di kota Mosul, Irak, Konon, ayahnya bekerja sebagai pembantu setia seorang hakim di Mosul bernama Sulaiman bin Fahd Al-Azdi. Sekalipun demikian ,status sosial itu tidak menyurutkan Ibnu Jinni menuntut  ilmu dan memperoleh pendidikan seperti anak-anak lainnya.
Karya ilmiah yang berhasil ditulis oleh Ibnu Jinni mencapai 67 buku. Namun, bukunya yang paling populer hingga kini adalah Al Khashaish, sebuah buku yang isinya komprehensip meliputi dasar-dasar ilmu nahwu , kaidah usul fiqh , dan nahwu, dan analisi leksikologis terhadap makna-makna kosakata bahasa Arab. Buku yang terdiri dari 162 bab ini , pernah ia hadiahkan kepada Sultan Baha’uddin Al Buhaiwi, tepatnya setelah guru Ibnu Jinni meninggal dunia.\
Di bidang fiqih , Ibnu Jinni mengikuti mazhab Imam Hanafi. Di bidang aqidah , ia lebih memilih sebagai pengikut mu’tazilah dan di bidang ilmu nahwunya condong ke mazhab ulama Bashrah. Beberapa pendapat Ibnu Jinni yang mengundang kontroversin di dalam kitab al Khashaish,  antara lain: kritiknys terhadap kekurangan Al-kitab karya Sibawaih dan pendapatnya yang menyatakan bahwani ilmu bahasa Arab termasuk akidah Islam.

Dan selain para tokoh-tokoh leksikolog Arab masih ada beberapa tokoh lain yang akan di lain kesempatan. Seperti  Ismail bin Qasim Al-Qoli Al-Baghdadi, Ibnu Duraid, Ibnu  Faris Al- Razi, Ismail bin Hammad Al-Jawhari , Ibnu Mandzur Al-Afriqi , Muhammad bin Ya’qub Al-Fairuzbadi, Butrus Al-Bustani , Lewis bin Nuqala , Abdullah Al-‘Ulayali, Ali bin Muhammad Al-Jurjani, Ibnu Siddah , Ibnu Al-Sikkit dan lain-lain.









BAB III
PENUTUP

Kesimpulan :
1.       leksikologi adalah  ilmu yang membahas tentang kosakata dan maknanya dalam sebuah bahasa atau beberapa bahasa.
2.      Faktor kodifikasi bahasa Arab: a) antisipasi kepunahan bahasa Arab,b) empirisme bangsa Arab , c) sebagai keterampilan belajar Bangsa Arab, d) ciri bahasa Arab yang multimakna , e) membedakan antara bahasa Arab Fushah dan bahasa Arab ‘Amiyah
3.      Dasar- dasar kodifikasi bahasa Arab: a) Mayoritas masyarakat Arab yang masih ummi , b) Tradisi nomadisme dan perang , c) Lebih senang dengan bahasa lisan.
4.      Faktor pendorong penyusunan bahasa Arab: a) Kebutuhan bangsa Arab untuk menafsirkan ayat-ayat al Qur’an , b)Keinginan bangsa Arab untuk menjaga eksistensi bahasa dalam bahasa tulis , c) Banyaknya buku-buku tafsir yang terbit pada masa awal kodifikasi al Qur’an dan hadis tentang gharaib , d) Munculnya ilmu-ilmu metedeologis pertama dalam Islam
5.      Tahapan kodifikasi bahasa Arab: a) tahap kodifikasi non-sematik , b) tahap kodifikasi tematik , c) tahap kodifikasi sistematik
6.      Sistematika penyusunan mu’jam terbagi menjadi dua; sistem makna dan sistem lafal.
7.      Tokoh-tokoh leksikolog Arab seperti Khalil ibn Ahmad Al Farahidi, Abu Amr Asy Syaibani , Abu Mansyur Al Azhari Al Harawi, Ibnu Duraidi , Ibnu Faris Al Razi , Ibnu Jinni , Ismail bin Hammad Al Jawhari, Ibnu Mandzur al Afriqi dan lain-lain.






Daftar Pustaka

Taufiqurrahman, H.R, M.A.2008.Leksikologi Bahasa Arab. Yogyakarta: UIN MALANG-PRESS