BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Sebuah bahasa,termasuk bahasa arab,pada awalnya bermula dari bahasa
lisan (lughah al-Nutq) yang digunakan para pemakai bahasa untuk
berkomunikasi dengan sesamanya,sebelum pada tahap selanjutnya,bahasa itu
dikodifikasi atau dibukukan dalam bentuk bahasa tulis (lughah kitabah).Asumsi
ini diperkuat dengan bukti realistis yang menunjukkan betapa banyak bahasa yang
telah pernah berkembang lalu punah karena belum dikodifikasi dalam catatan.Hal
itu disebabkan manusia yang belum mengenal budaya tulis menulis sehingga bahasa
lisan mereka lenyap bersamaan dengan eksistensi peradaban mereka.
Dari latar belakang diatas penulis akan menjelaskan bagaimana cara
menyusun kamus yang baik agar bisa digunakan oleh masyarakat umum.Dan disini
penulis akan menjelaskan perkamusan bahasa arab.
1.2
RUMUSAN MASALAH
1.Apa
pengertian dari”Ilmu Al-Ma’ajim (Leksikologi Bahasa Arab)”?
2.Bagaimana
perkembangan “Ilmu Al-Ma’ajim (Leksikologi Bahasa Arab)”?
3.Siapakah tokoh-tokoh “Leksikologi
Bahasa Arab”?
1.3
TUJUAN
1.Memahami
makna Leksikologi Bahasa Arab
2.Mengetahui
perkembangan Leksikologi Bahasa Arab
3.Mengetahui
tokoh-tokoh Leksikologi Bahasa Arab.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Leksikologi Bahasa Arab
Leksikologi (Ilm Al-Ma’ajim),menurut Dr.Ali Al-Qasimy adalah:
علم
المعاجم أو علم المفردات هو دراسة المفردات ومعانيها في لغة واحدة أو في عدد من
اللغات.ويهتم علم المفردات من حيث الأساس باشتقاق الألفاظ،وأبنيتها،ودلالاتها
المعنوية والإعرابية ،والتّعابير الإصطلاحية ، والمترادفات وتعدد المعاني.
Leksikologi
atau ilmu kosakata adalah ilmu yang membahas tentang kosakata dan maknanya
dalam sebuah bahasa atau beberapa bahasa.Ilmu ini memprioritaskan kajiannya
dalam hal derivasi kata,struktur kata,makna kosakata,idiom-idiom,sinonim dan
polisemi.
Leksikologi dalam
bahasa inggris dinamakan “Lexicology” yang berarti ilmu atau studi
mengenai bentuk,sejarah dan arti kata-kata.Sedangkan dalam bahasa
arab,leksikologi disebut dengan “Ilm Al-Ma’ajim”,yaitu ilmu yang
mempelajari seluk beluk kamus.
Menurut bahasa,lexicology
berasal dari kata lexicon yang berarti:kamus,mu’jam atau istilah
dari sebuah ilmu.Menurut istilah,leksikologi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari seluk beluk makna /arti kosakata yang telah termuat atau akan
dimuat didalam kamus.
Sedangkan
leksikografi (Dirasah Mu’jamiyah) adalah pengetahuan dan seni menyusun
kamus-kamus bahasa dengan menggunakan sistematika tertentu untuk menghasilkan
produk kamus yang berkualitas,mudah dan lengkap.
Antara leksikologi
dan leksikografi tidak bisa dipisahkan.Leksikologi tanpa leksikografi tidak
akan menghasilkan sebuah produk kamus yang baik,benar dan mudah dimanfaatkan
oleh para pengguna bahasa.Sebaliknya,leksikografi tanpa leksikologi juga hanya
dapat melahir\kan kamus-kamus yang tidak sempurna dalam mengungkap makna
kosakata.Akan tetapi,ilmu leksikografi sebagai bagian dari linguistik
terapan,lebih memerlukan hasil-hasil kajian atau penelitian dari ilmu
leksikologi dalam upaya mewujudkan kamus yang baik,benar,lengkap dan memudahkan
pembaca.karena itu,istilah “ilmu leksikologi” berarti berhubungan dan mencakup
leksikografi.
Secara teknis,Ali
Al-Qasimy menjelaskan bahwa leksikografi adalah ilmu yang membahas tentang 5
langkah utama dalam menyusun sebuah kamus:
1.Mengumpulkan data (kosakata),
2.Memilih pendekatan dan penyusunan kamus yang akan ditempuh,
3.Menyusun kata sesuai dengan sistematika tertentu,
4.Menulis materi,
5.Mempublikasikan hasil kodifikasi bahasa atau kamus tersebut.
Dengan
demikian,baik ilmu leksikologi maupun leksikografi keduanya adalah bagian dari
ilmu linguistik.Leksikologi,sebagai studi pengembangan dari ilmu
semantik,menjadi bagian dari ilmu linguistik teoritis (Ilm Al-Lughah
Al-Nadzary).Sedangkan leksikografi,sebagai studi pengembangan dari
leksikologi,menjadi bagian dari linguistik terapan (Ilm Al-Lughah Al-Tathbiqy).
2.2 Perkembangan Leksikologi Arab
2.2.1 Sejarah Leksikologi Bahasa Arab
Sebuah bahasa,termasuk bahasa arab,pada awalnya bermula dari bahasa
lisan (lughah al-Nutq) yang digunakan para pemakai bahasa untuk
berkomunikasi dengan sesamanya,sebelum pada tahap selanjutnya,bahasa itu
dikodifikasi atau dibukukan dalam bentuk bahasa tulis (lughah kitabah).Asumsi
ini diperkuat dengan bukti realistis yang menunjukkan betapa banyak bahasa yang
telah pernah berkembang lalu punah karena belum dikodifikasi dalam catatan.Hal
itu disebabkan manusia yang belum mengenal budaya tulis menulis sehingga bahasa
lisan mereka lenyap bersamaan dengan eksistensi peradaban mereka.
Selain alat
komunikasi,bahasa juga berfungsi sebagai alat berpikir atau media nalar bagi
pemakai bahasa itu sendiri.Perkembangan sebuah bahasa mengikuti perkembangan
pemikiran para pengguna bahasa.Sedang manusia,ia tidak akan mampu menghafal dan
mengembang seluruh kata dari bahasanya sekalipun ia memiliki tingkat kecerdasan
yang tinggi.Oleh sebab iu,terkadang seseorang tidak mampu mengingat sebuah kata
atau kesulitan untuk menyebut kosakata yang sesuai dengan yang ia inginkan.
Problem diatas
menunjukkan urgensi kamus sebagai bahan rujukan untuk mengembangkan
makna,menghimpun kata,melestarikan bahasa dan mewariskan peradaban yang bisa
dikembangkan.Hal ini yang mendasari manusia melirik pentingnya bahasa tulis
untuk mengkodifikasi bahasa mereka.
Bahasa arab
merupakan bahasa yang kaya dengan kosakata.Kosakata dalam bahasa arab merangkum
semua bidang.Ia dapat diperhatikan berdasarkan kepada kata-kata yang
dikodofikasikan didalam kamus-kamus arab.Dalam bahasa arab,pembentukan satu
kata saja bisa menunjuk ke beberapa makna.Contohnya kata ‘Ain yang
memberi makna kepada mata penglihatan,mata air,sebuah negeri,sebuah
tempat,ketua kaum,pimpinan tentara,bermakna diri,bayaran sekaligus
secara tunai,sejenis mata uang,pengintip dan huruf ‘Ain.
Selain kebutuhan
terhadap kodifikasi bahasa dalam bentuk tulisan dikalangan bangsa arab,karakter
bahasa arab yang memiliki kekayaan kosa kata dan aspek kesamaan makna dalam
beberapa kata,merupakan faktor pendukung yang memudahkan bangsa arab untuk
menyusun kamus.
Proses
kodifikasi,pada akhirnya merubah bahasa arab dari semula yang tidak
ilmiah(tidak bisa dipelajari secara ilmiah) menjadi bahasa ilmiah,bahasa yang
tunduk kepada sistem yang juga diikuti oleh obyek ilmiahnya.
Proses pengumpulan
dan kodifikasi bahasa bertolak dari kekhawatiran terjadinya kerusakan bahasa
karena menyebarnya dialek yang menyimpang(Lahn) dalam masyarakat dimana
orang arab sebagai kelompok minoritas.Karena terjadinya Lahn yang disebabkan
oleh terjadinya percampuran antara orang arab dan non-arab (mawali) di
kota-kota besar semisal Irak dan Syam,maka wajar jika bahasa arab yang
dipandang valid(al-lughah al-shahihah) dicari dari orang-orang badui
khususnya dari kabilah-kabilah yang masih terisolisir dan masyarakatnya masih
memelihara instink dan kemurnian pelafalannya.Karena itu,para leksikolog lebih
mengarahkan periwayatan bahasa kepada orang badui.
Jadi,pada awalnya
proses pemaknaan kosakata dalam bahasa arab bermula melalui metode pendengaran
(al-sima’),yaitu pengambilan riwayat oleh para ahli bahasa dengan cara
mendengarkan langsung perkataaan orang-orang badui.Kemudian,metode pendengaran
bergeser ke metode analogi (qiyas),yaitu pemaknaan kata dengan menggunakan
teori-teori tertentu yang dibuat oleh para ahli bahasa.
2.2.2 Dasar-dasar Kodifikasi Bahasa Arab.
Sebelum era Dinasti Abbasiyah,bangsa Arab,terutama umat islam,belum
banyak yang mengenal pentingnya kodifikasi bahasa atau penyusunan kamus-kamus
bahasa arab.Paling tidak,manurut Dr.Imel Ya’qub,ada 3 faktor yang menyebabkan
kenapa bangsa arab belum atau terlambat dalam hal penyusunan kamus.
1.Mayoritas bangsa Arab masih ummy (buta huruf)
Sebelum Islam
datang di Jazirah Arab,bangsa Arab yang bisa membaca dan menulis dapat
dikatakan sangat minim.Nabi Muhammad SAW sendiri menyatakan,dan Al-Qur’an
menegaskan,apa yang telah diketahui orang-orang pada zamannya,yaitu bahwa
beliau buta huruf,dan tak mungkin dapat menyusun Al-Qur’an.Memang,pada era
wahyu Al-Qur,an diturunkan,mayoritas sahabat Nabi juga tidak banyak yang mampu
membaca dan menulis.Kenyataan ini yang menyebabkan masyarakat bangsa Arab
kurang memperhatikan masalah kodifikasi bahasa mereka.Apalagi untuk mengumpulkan
makna kosakata dan menulisnya dalam bentuk kamus.
2.Tradisi nomadisme dan perang.
Didalam Jazirah
Arab,penduduknya tidak pernah menetap.perpindahan dari tanah pertanian ke
padang rumput dan dari padang rumput ke tanah pertanian ,terus terjadi,dan menjadi ciri setiap fase
sejarah jazirah.Selain tradisi nomadisme,penduduk jazirah Arab kerap kali
berperang antar suku dan golongan.Tradisi nomadisme dan perang menjadi sebab
utama bangsa Arab untuk kurang memperhatikan tradisi baca tulis dikalangan mereka.
3.Lebih senang dengan bahasa lisan.
Tak dapat
dipungkiri jika bangsa Arab sangat fanatik dengan bahasa lisan.Mereka lebih
mengagungkan tradisi muhadatsah.khitabah dan syair.Barangkali,secara
geografis,wilayah gurun yang sepi dan kebiasaan migrasi juga berperan
menciptakan tradisi sastra dukalangan mereka.
Ketiga faktor
diatas mengakibatkan bangsa Arab sangat tertinggal dengan bangsa lain dalam hal
kodifikasi bahasa atau penyusunan kamus-kamus berbahasa arab.
Sekalipu
demikian,bukan berarti sebelum era Dinasti Abbasiyah,bangsa Arab sama sekali
tidak mengenal kamus,sebab leksikologi-dalam arti ilmu yang berusaha mengungkap
makna-telah menjadi perbincangan di jazirah Arab.Ide-ide leksikon itu semakin
berkembang pesat dikalangan bangsa Arab,terutama umat Islam,seiring dengan
aktifitas mereka dalam usaha memahami dan menginterpretasikan ayat-ayat suci
Al-Qur’an.
Salah satu
buktinya adalah riwayat Abu Ubaidah dalam Al-Fadhail dari anas bahwa
ketika Khalifah Umar bin Khaatab ra.(584-644 M) berkhutbah diatas mimbar,beliau
membaca ayat :
وفاكهة
وأبّا
“Dan buah-buahan serta
rumpu-rumputan”
Lalu,Umar
berkata:”Arti kata fakihah (buah) telah kita ketahui,tetapi apakah makna
kata abb pada ayat tersebut?”.
Ibnu Abbas ra.
Juga pernah mempertanyakan makna dari kata “Fatir” dalam firman Allah
SWT surat Fatir ayat 1.Untuk mencari
tahu makna kata tersebut,Ibnu Abbas ra. Rela masuk ke daerah-daerah pelosok
desa di wilayah Arab Badui yang dikenal masih memiliki kebahasaan yang
asli.Kala itu,Ibnu Abbas melihat 2 orang di dusun yang sedang bertengkar
tentang masalah sumur,salah seorang berkat:”Ana Fathartuha” (maksudnya,sayalah
yang pertama kali membuatnya).Dengan peristiwa ini,akhirnya Ibnu Abbas bisa
memahami bahwa tafsir dari kata fathir berarti “pencipta”.
2.2.3 Faktor Pendorong Penyusunan Kamus Arab
Faktor-faktor yang
mendorong bangsa Arab untuk mengkodifikasi bahasa mereka dan menyusun
kamus-kamus berbahasa Arab,antara lain:
1.Kebutuhan bangsa Arab untuk menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an.
2.Keinginan mereka untuk menjaga eksistensi bahasa mereka dalam
bentuk bahasa tulis.
3.Banyaknya buku-buku tafsir yang terbit pada masa awal kodifikasi
Al-Qur’an dan Hadits tentang gharaib atau kata-kata asing.
4.Munculnya ilmu-ilmu metodologis pertama dalam islam.
2.2.4 Tahapan Kodifikasi Bahasa Arab
Ahmad Amin
(1878-1954)menyebutkan ada 3 tahap kodifikasi bahasa Arab hingga lahir
kamus-kamus bahasa Arab.
1.
Tahap
Kodifikasi Non-Sistemik
Pada tahap ini seorang ahli bahasa biasa melakukan perjalanan
menuju ke desa-desa.Lalu,ia mulai mencari data dengan cara mendengar secara
langsung perkataan warga badui yang kemudian ia catat dilembaran-lembaran tanpa
menggunakan sistematika penulisan kamus.Intinya,mereka mengumpulkan data
melalui istima’,
2.
Tahap
Kodifikasi Tematik
Pada tahap kedua,para ulama’yang telah mengumpulkan data mulai
berpikir untuk menggunakan tehnik penulisan secara tematis.Data yang terkumpul
mereka klasifikasikan menjadi buku atau kamus tematik.
3.
Tahap
Kodifikasi Sistematik
Pada tahap ketiga,penyusunan kamus mulai menggunakan sistematika
penulisan yang lebih baik dan memudahkan para pemakai kamus dalam mencari makna
kata yang ingin diketahui.Kamus bahasa Arab pertama yang menggunakan
sistematika tertentu adalah kamus Al-‘Ain.karya Khalil bin Ahmad
Al-Farahidy (718-768 M/100-170 H)Dari Basrah.Beliau menyusun kamusnya dengan
sistematika Al-Shawty.
2.2.5 Sistematika Penyusunan Mu’jam
Secara garis besar,ada 2 model penyusunan mu’jam ‘arabiyah yang
digunakan para leksikolog,yaitu: (a).Sistem Makna(Kamus Ma’ani) dan (b).Sistem
Lafal(Kamus Alfadz).
A.Sistem Makna (Kamus Ma’ani)
Sistem makna (Kamus Ma’ani) adalah model penyusunan kosakata (item)
didalam kamus yang digunakan seorang leksikolog dengan cara menata kata (entri)
kamus secara berurutan berdasarkan makna atau kelompok kosa kata yang
maknanya sebidang (tematik).Dengan kata lain,pengelompokan entri pada
kamus-kamus ma’ani lebih mengedepankan aspek makna yang terkait dengan
topik/tema yang telah ditetapkan ole leksikolog.Dengan sistematika ini,maka
kamus ma’ani lebih tepat disebut dengan kamus tematik.
Kamus-kamus tematik berbahasa Arab,antara lain:Al-Gharib
Al-Mushannaf karya Abu Ubaid Al-Qasi
bin Salam (150-244 H),Al-Alfadz Al-Kitabiyyah karya Abdurrahman
Al-Hamdzani (w.320 H),Mutakhayyir Al-Alfadz karya Ibnu Faris (w.395 H),Fiqh
Al-Lughah wa Sir Al-‘Arabiyyah karya Abu Mamsyur Al-Tsa’labi (w.429 H),Al-Mukhashshah
fi Al-Lughah karya Ibnu Sydah (398-458 H) dan Kifayah Al-Mutahaffidz wa Nihayah Al-Muthalaffidz karya
Ibnu Al-Ajdani (w 600 H).
B.Ssistem Lafal (Kamus Alfadz)
Sistem Lafal (Kamus Alfadz) adalah kamus yang kata-kata (item)
didalamnya tersusun secara berurutan berdasarkan urutan lafal (indeks) dari
kosakata yang terhimpun,bukan melihat pada makna kata.Sejak munculnya kamus
bahasa Arab pertama,sistematika penyusunan kamus-kamus alfadz terus berkembang
pesat seiring dengan kebutuhan para pengguna kamus.Pencarian makna kata dengan
cara melihat lafal menjadi Trademark kamus-kamus bahasa
Arab.Bhkan,kamus-kamus tematik hanya dipandang sebagai kitab-kitab yang
membahas tafsir makna sebagaimana kitab-kitab tafsir Al-Qur’an dan bukan lagi
sebagai kamus bahasa.
Dalam sejarah
perkembangan Leksikon bahasa Arab,Paling tidak terdapat 5 model sistematika (nidzam
tartib) yang pernah digunakan leksikolog arab dalam menyusun kamus-kamus
lafal,yaitu:Nidzam Al-Shauty (Sistem Fonetik),Nidzam Al-Alfaba’i
Al-Khas (Sistem Alfabetis Khusus),Nidzam Al-Qafiyah (Sistem Sajak),Nidzam
Al-Alfaba’i Al-‘Aam (Sistem Alfabetis Umum) dan Nidzam Al-Nutqi (Sistem
Artikulasi).
2.3 Tokoh-Tokoh Leksikologi Arab
1.
Khalil
bin Ahmad Alfarahidi
Khalil adalah seseorang yang dikaruniai dengan kecerdasan otak dan daya
kreativitas yang tinggi oleh Allah SWT. Ia adalah pecinta ilmu yang sejati .
Terbukti , ia gemar berkelana dari satu desa ke desa lain yang jaraknya
berjauhan hanya untuk mengambil periwayatan lain dari penduduk desa demi memahami satu makna kata. Teori-teorinya
banyak terbentuk dari hasil penelitian Ilmiah di lapangan. Khalil rela bergaul
dengan penduduk Arab Badui di pedalaman untuk memahami makna bahasa. Hidupnya
habis demi perkembangan ilmu bahasa dan sastra Arab.
Pada
akhirnya, Khalil pun tumbuh menjadi salah satu ulama terbesar di bidang ilmu
bahasa Arab. Ia adalah ulama yang menguasai ilmu nahwu(sintaks),
bahasa(Linguistik),dan satra Arab. Selain itu, ia juga mumpuni di bidang ilmu
matematika, ilmu syariat(hukum Islam), dan seni musik. Melalui karyanya yang
berjudul Mu’jam Al ‘Ain, Khalil dikenal sebagai peletak dasar-dasar
leksikologi, sehingga tak berlebihan jika Khalil disebut sebagai ‘Bapak
Leksikolog Arab’.
2.
Abu
Amr Assyaibani
Abu Amr adalah ulama yang paling memahami dialek dan bahasa bangsa Arab. Bahkan ia dikenal sebagai ulama
yang paling paham tentang kalimat-kalimat asing(gharib-alnawadir). Sejak
masa remaja , ia gemar belajar bahasa Arab bersama kawan-kawannya di seluruh
pelosok desa dan bergaul dengan orang-orang badui di pedalamab untuk memahami
dialek dan bahasa Arab yang mereka ucapkan. Akhirnya , ia pun menulis beberapa
buku yang memuat koleksi (baca; diwan) bahasa dan dialek orang Kufah dan
Baghdad sekaligus.
3.
Abu
Mansyur Al Azhari Al Harawi
Abu Mansyur
Al Azhari telah menulis kitab, seperti Tadzhib Al Lughah. Latar belakangnya
adalah sosial masyarakat di sekitar Abu Mansyur Al Azhari yang selalu
menjunjung tinggi bahasa Arab Fushah, dan menolak intervensi bahasa Arab ammiyah(pasaran).Tadzhib
Al Lughah berarti “usaha untuk membenarkan atau mengembalikan kemurnian
bahasa Arab”.
4.
Ibnu
Jinni
Nama lengkap Ibnu Jinni adalah Abul Fath Utsman bin Jinni
Al-Mushily(320-390 H/932-1001 M). Ia adalah ulama terkenal di bidang ilu nahwu
dan sastra . Masa kecilnya dihabiskan di kota Mosul, Irak, Konon, ayahnya
bekerja sebagai pembantu setia seorang hakim di Mosul bernama Sulaiman bin Fahd
Al-Azdi. Sekalipun demikian ,status sosial itu tidak menyurutkan Ibnu Jinni
menuntut ilmu dan memperoleh pendidikan
seperti anak-anak lainnya.
Karya ilmiah yang berhasil ditulis oleh Ibnu Jinni mencapai 67 buku.
Namun, bukunya yang paling populer hingga kini adalah Al Khashaish,
sebuah buku yang isinya komprehensip meliputi dasar-dasar ilmu nahwu , kaidah
usul fiqh , dan nahwu, dan analisi leksikologis terhadap makna-makna kosakata
bahasa Arab. Buku yang terdiri dari 162 bab ini , pernah ia hadiahkan kepada
Sultan Baha’uddin Al Buhaiwi, tepatnya setelah guru Ibnu Jinni meninggal
dunia.\
Di bidang fiqih , Ibnu Jinni mengikuti mazhab Imam Hanafi. Di bidang
aqidah , ia lebih memilih sebagai pengikut mu’tazilah dan di bidang ilmu
nahwunya condong ke mazhab ulama Bashrah. Beberapa pendapat Ibnu Jinni yang
mengundang kontroversin di dalam kitab al Khashaish, antara lain: kritiknys terhadap kekurangan Al-kitab
karya Sibawaih dan pendapatnya yang menyatakan bahwani ilmu bahasa Arab
termasuk akidah Islam.
Dan selain para tokoh-tokoh leksikolog Arab masih ada beberapa tokoh lain
yang akan di lain kesempatan. Seperti
Ismail bin Qasim Al-Qoli Al-Baghdadi, Ibnu Duraid, Ibnu Faris Al- Razi, Ismail bin Hammad Al-Jawhari
, Ibnu Mandzur Al-Afriqi , Muhammad bin Ya’qub Al-Fairuzbadi, Butrus Al-Bustani
, Lewis bin Nuqala , Abdullah Al-‘Ulayali, Ali bin Muhammad Al-Jurjani, Ibnu
Siddah , Ibnu Al-Sikkit dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
1. leksikologi adalah ilmu
yang membahas tentang kosakata dan maknanya dalam sebuah bahasa atau beberapa
bahasa.
2. Faktor kodifikasi bahasa Arab: a) antisipasi kepunahan bahasa
Arab,b) empirisme bangsa Arab , c) sebagai keterampilan belajar Bangsa Arab, d)
ciri bahasa Arab yang multimakna , e) membedakan antara bahasa Arab Fushah dan
bahasa Arab ‘Amiyah
3. Dasar- dasar kodifikasi bahasa Arab: a) Mayoritas masyarakat Arab
yang masih ummi , b) Tradisi nomadisme dan perang , c) Lebih senang dengan bahasa lisan.
4. Faktor pendorong penyusunan bahasa Arab: a) Kebutuhan bangsa Arab
untuk menafsirkan ayat-ayat al Qur’an , b)Keinginan bangsa Arab untuk menjaga
eksistensi bahasa dalam bahasa tulis , c) Banyaknya buku-buku tafsir yang terbit pada masa awal kodifikasi al
Qur’an dan hadis tentang gharaib , d) Munculnya ilmu-ilmu metedeologis pertama dalam Islam
5. Tahapan kodifikasi bahasa Arab: a) tahap kodifikasi non-sematik ,
b) tahap kodifikasi tematik , c) tahap kodifikasi sistematik
6. Sistematika penyusunan mu’jam terbagi menjadi dua; sistem makna dan
sistem lafal.
7. Tokoh-tokoh leksikolog Arab seperti Khalil ibn Ahmad Al Farahidi,
Abu Amr Asy Syaibani , Abu Mansyur Al Azhari Al Harawi, Ibnu Duraidi , Ibnu
Faris Al Razi , Ibnu Jinni , Ismail bin Hammad Al Jawhari, Ibnu Mandzur al Afriqi
dan lain-lain.
Daftar Pustaka
Taufiqurrahman, H.R, M.A.2008.Leksikologi
Bahasa Arab. Yogyakarta: UIN MALANG-PRESS