Selasa, 29 Mei 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sebuah bahasa,termasuk bahasa arab,pada awalnya bermula dari bahasa lisan (lughah al-Nutq) yang digunakan para pemakai bahasa untuk berkomunikasi dengan sesamanya,sebelum pada tahap selanjutnya,bahasa itu dikodifikasi atau dibukukan dalam bentuk bahasa tulis (lughah kitabah).Asumsi ini diperkuat dengan bukti realistis yang menunjukkan betapa banyak bahasa yang telah pernah berkembang lalu punah karena belum dikodifikasi dalam catatan.Hal itu disebabkan manusia yang belum mengenal budaya tulis menulis sehingga bahasa lisan mereka lenyap bersamaan dengan eksistensi peradaban mereka. Dari latar belakang diatas penulis akan menjelaskan bagaimana cara menyusun kamus yang baik agar bisa digunakan oleh masyarakat umum.Dan disini penulis akan menjelaskan perkamusan bahasa arab. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1.Apa pengertian dari”Ilmu Al-Ma’ajim (Leksikologi Bahasa Arab)”? 2.Bagaimana perkembangan “Ilmu Al-Ma’ajim (Leksikologi Bahasa Arab)”? 3.Siapakah tokoh-tokoh “Leksikologi Bahasa Arab”? 1.3 TUJUAN 1.Memahami makna Leksikologi Bahasa Arab 2.Mengetahui perkembangan Leksikologi Bahasa Arab 3.Mengetahui tokoh-tokoh Leksikologi Bahasa Arab. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Leksikologi Bahasa Arab Leksikologi (Ilm Al-Ma’ajim),menurut Dr.Ali Al-Qasimy adalah: علم المعاجم أو علم المفردات هو دراسة المفردات ومعانيها في لغة واحدة أو في عدد من اللغات.ويهتم علم المفردات من حيث الأساس باشتقاق الألفاظ،وأبنيتها،ودلالاتها المعنوية والإعرابية ،والتّعابير الإصطلاحية ، والمترادفات وتعدد المعاني. Leksikologi atau ilmu kosakata adalah ilmu yang membahas tentang kosakata dan maknanya dalam sebuah bahasa atau beberapa bahasa.Ilmu ini memprioritaskan kajiannya dalam hal derivasi kata,struktur kata,makna kosakata,idiom-idiom,sinonim dan polisemi. Leksikologi dalam bahasa inggris dinamakan “Lexicology” yang berarti ilmu atau studi mengenai bentuk,sejarah dan arti kata-kata.Sedangkan dalam bahasa arab,leksikologi disebut dengan “Ilm Al-Ma’ajim”,yaitu ilmu yang mempelajari seluk beluk kamus. Menurut bahasa,lexicology berasal dari kata lexicon yang berarti:kamus,mu’jam atau istilah dari sebuah ilmu.Menurut istilah,leksikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari seluk beluk makna /arti kosakata yang telah termuat atau akan dimuat didalam kamus. Sedangkan leksikografi (Dirasah Mu’jamiyah) adalah pengetahuan dan seni menyusun kamus-kamus bahasa dengan menggunakan sistematika tertentu untuk menghasilkan produk kamus yang berkualitas,mudah dan lengkap. Antara leksikologi dan leksikografi tidak bisa dipisahkan.Leksikologi tanpa leksikografi tidak akan menghasilkan sebuah produk kamus yang baik,benar dan mudah dimanfaatkan oleh para pengguna bahasa.Sebaliknya,leksikografi tanpa leksikologi juga hanya dapat melahir\kan kamus-kamus yang tidak sempurna dalam mengungkap makna kosakata.Akan tetapi,ilmu leksikografi sebagai bagian dari linguistik terapan,lebih memerlukan hasil-hasil kajian atau penelitian dari ilmu leksikologi dalam upaya mewujudkan kamus yang baik,benar,lengkap dan memudahkan pembaca.karena itu,istilah “ilmu leksikologi” berarti berhubungan dan mencakup leksikografi. Secara teknis,Ali Al-Qasimy menjelaskan bahwa leksikografi adalah ilmu yang membahas tentang 5 langkah utama dalam menyusun sebuah kamus: 1.Mengumpulkan data (kosakata), 2.Memilih pendekatan dan penyusunan kamus yang akan ditempuh, 3.Menyusun kata sesuai dengan sistematika tertentu, 4.Menulis materi, 5.Mempublikasikan hasil kodifikasi bahasa atau kamus tersebut. Dengan demikian,baik ilmu leksikologi maupun leksikografi keduanya adalah bagian dari ilmu linguistik.Leksikologi,sebagai studi pengembangan dari ilmu semantik,menjadi bagian dari ilmu linguistik teoritis (Ilm Al-Lughah Al-Nadzary).Sedangkan leksikografi,sebagai studi pengembangan dari leksikologi,menjadi bagian dari linguistik terapan (Ilm Al-Lughah Al-Tathbiqy). 2.2 Perkembangan Leksikologi Arab 2.2.1 Sejarah Leksikologi Bahasa Arab Sebuah bahasa,termasuk bahasa arab,pada awalnya bermula dari bahasa lisan (lughah al-Nutq) yang digunakan para pemakai bahasa untuk berkomunikasi dengan sesamanya,sebelum pada tahap selanjutnya,bahasa itu dikodifikasi atau dibukukan dalam bentuk bahasa tulis (lughah kitabah).Asumsi ini diperkuat dengan bukti realistis yang menunjukkan betapa banyak bahasa yang telah pernah berkembang lalu punah karena belum dikodifikasi dalam catatan.Hal itu disebabkan manusia yang belum mengenal budaya tulis menulis sehingga bahasa lisan mereka lenyap bersamaan dengan eksistensi peradaban mereka. Selain alat komunikasi,bahasa juga berfungsi sebagai alat berpikir atau media nalar bagi pemakai bahasa itu sendiri.Perkembangan sebuah bahasa mengikuti perkembangan pemikiran para pengguna bahasa.Sedang manusia,ia tidak akan mampu menghafal dan mengembang seluruh kata dari bahasanya sekalipun ia memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi.Oleh sebab iu,terkadang seseorang tidak mampu mengingat sebuah kata atau kesulitan untuk menyebut kosakata yang sesuai dengan yang ia inginkan. Problem diatas menunjukkan urgensi kamus sebagai bahan rujukan untuk mengembangkan makna,menghimpun kata,melestarikan bahasa dan mewariskan peradaban yang bisa dikembangkan.Hal ini yang mendasari manusia melirik pentingnya bahasa tulis untuk mengkodifikasi bahasa mereka. Bahasa arab merupakan bahasa yang kaya dengan kosakata.Kosakata dalam bahasa arab merangkum semua bidang.Ia dapat diperhatikan berdasarkan kepada kata-kata yang dikodofikasikan didalam kamus-kamus arab.Dalam bahasa arab,pembentukan satu kata saja bisa menunjuk ke beberapa makna.Contohnya kata ‘Ain yang memberi makna kepada mata penglihatan,mata air,sebuah negeri,sebuah tempat,ketua kaum,pimpinan tentara,bermakna diri,bayaran sekaligus secara tunai,sejenis mata uang,pengintip dan huruf ‘Ain. Selain kebutuhan terhadap kodifikasi bahasa dalam bentuk tulisan dikalangan bangsa arab,karakter bahasa arab yang memiliki kekayaan kosa kata dan aspek kesamaan makna dalam beberapa kata,merupakan faktor pendukung yang memudahkan bangsa arab untuk menyusun kamus. Proses kodifikasi,pada akhirnya merubah bahasa arab dari semula yang tidak ilmiah(tidak bisa dipelajari secara ilmiah) menjadi bahasa ilmiah,bahasa yang tunduk kepada sistem yang juga diikuti oleh obyek ilmiahnya. Proses pengumpulan dan kodifikasi bahasa bertolak dari kekhawatiran terjadinya kerusakan bahasa karena menyebarnya dialek yang menyimpang(Lahn) dalam masyarakat dimana orang arab sebagai kelompok minoritas.Karena terjadinya Lahn yang disebabkan oleh terjadinya percampuran antara orang arab dan non-arab (mawali) di kota-kota besar semisal Irak dan Syam,maka wajar jika bahasa arab yang dipandang valid(al-lughah al-shahihah) dicari dari orang-orang badui khususnya dari kabilah-kabilah yang masih terisolisir dan masyarakatnya masih memelihara instink dan kemurnian pelafalannya.Karena itu,para leksikolog lebih mengarahkan periwayatan bahasa kepada orang badui. Jadi,pada awalnya proses pemaknaan kosakata dalam bahasa arab bermula melalui metode pendengaran (al-sima’),yaitu pengambilan riwayat oleh para ahli bahasa dengan cara mendengarkan langsung perkataaan orang-orang badui.Kemudian,metode pendengaran bergeser ke metode analogi (qiyas),yaitu pemaknaan kata dengan menggunakan teori-teori tertentu yang dibuat oleh para ahli bahasa. 2.2.2 Dasar-dasar Kodifikasi Bahasa Arab. Sebelum era Dinasti Abbasiyah,bangsa Arab,terutama umat islam,belum banyak yang mengenal pentingnya kodifikasi bahasa atau penyusunan kamus-kamus bahasa arab.Paling tidak,manurut Dr.Imel Ya’qub,ada 3 faktor yang menyebabkan kenapa bangsa arab belum atau terlambat dalam hal penyusunan kamus. 1.Mayoritas bangsa Arab masih ummy (buta huruf) Sebelum Islam datang di Jazirah Arab,bangsa Arab yang bisa membaca dan menulis dapat dikatakan sangat minim.Nabi Muhammad SAW sendiri menyatakan,dan Al-Qur’an menegaskan,apa yang telah diketahui orang-orang pada zamannya,yaitu bahwa beliau buta huruf,dan tak mungkin dapat menyusun Al-Qur’an.Memang,pada era wahyu Al-Qur,an diturunkan,mayoritas sahabat Nabi juga tidak banyak yang mampu membaca dan menulis.Kenyataan ini yang menyebabkan masyarakat bangsa Arab kurang memperhatikan masalah kodifikasi bahasa mereka.Apalagi untuk mengumpulkan makna kosakata dan menulisnya dalam bentuk kamus. 2.Tradisi nomadisme dan perang. Didalam Jazirah Arab,penduduknya tidak pernah menetap.perpindahan dari tanah pertanian ke padang rumput dan dari padang rumput ke tanah pertanian ,terus terjadi,dan menjadi ciri setiap fase sejarah jazirah.Selain tradisi nomadisme,penduduk jazirah Arab kerap kali berperang antar suku dan golongan.Tradisi nomadisme dan perang menjadi sebab utama bangsa Arab untuk kurang memperhatikan tradisi baca tulis dikalangan mereka. 3.Lebih senang dengan bahasa lisan. Tak dapat dipungkiri jika bangsa Arab sangat fanatik dengan bahasa lisan.Mereka lebih mengagungkan tradisi muhadatsah.khitabah dan syair.Barangkali,secara geografis,wilayah gurun yang sepi dan kebiasaan migrasi juga berperan menciptakan tradisi sastra dukalangan mereka. Ketiga faktor diatas mengakibatkan bangsa Arab sangat tertinggal dengan bangsa lain dalam hal kodifikasi bahasa atau penyusunan kamus-kamus berbahasa arab. Sekalipu demikian,bukan berarti sebelum era Dinasti Abbasiyah,bangsa Arab sama sekali tidak mengenal kamus,sebab leksikologi-dalam arti ilmu yang berusaha mengungkap makna-telah menjadi perbincangan di jazirah Arab.Ide-ide leksikon itu semakin berkembang pesat dikalangan bangsa Arab,terutama umat Islam,seiring dengan aktifitas mereka dalam usaha memahami dan menginterpretasikan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Salah satu buktinya adalah riwayat Abu Ubaidah dalam Al-Fadhail dari anas bahwa ketika Khalifah Umar bin Khaatab ra.(584-644 M) berkhutbah diatas mimbar,beliau membaca ayat : وفاكهة وأبّا “Dan buah-buahan serta rumpu-rumputan” Lalu,Umar berkata:”Arti kata fakihah (buah) telah kita ketahui,tetapi apakah makna kata abb pada ayat tersebut?”. Ibnu Abbas ra. Juga pernah mempertanyakan makna dari kata “Fatir” dalam firman Allah SWT surat Fatir ayat 1.Untuk mencari tahu makna kata tersebut,Ibnu Abbas ra. Rela masuk ke daerah-daerah pelosok desa di wilayah Arab Badui yang dikenal masih memiliki kebahasaan yang asli.Kala itu,Ibnu Abbas melihat 2 orang di dusun yang sedang bertengkar tentang masalah sumur,salah seorang berkat:”Ana Fathartuha” (maksudnya,sayalah yang pertama kali membuatnya).Dengan peristiwa ini,akhirnya Ibnu Abbas bisa memahami bahwa tafsir dari kata fathir berarti “pencipta”. 2.2.3 Faktor Pendorong Penyusunan Kamus Arab Faktor-faktor yang mendorong bangsa Arab untuk mengkodifikasi bahasa mereka dan menyusun kamus-kamus berbahasa Arab,antara lain: 1.Kebutuhan bangsa Arab untuk menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an. 2.Keinginan mereka untuk menjaga eksistensi bahasa mereka dalam bentuk bahasa tulis. 3.Banyaknya buku-buku tafsir yang terbit pada masa awal kodifikasi Al-Qur’an dan Hadits tentang gharaib atau kata-kata asing. 4.Munculnya ilmu-ilmu metodologis pertama dalam islam. 2.2.4 Tahapan Kodifikasi Bahasa Arab Ahmad Amin (1878-1954)menyebutkan ada 3 tahap kodifikasi bahasa Arab hingga lahir kamus-kamus bahasa Arab. 1. Tahap Kodifikasi Non-Sistemik Pada tahap ini seorang ahli bahasa biasa melakukan perjalanan menuju ke desa-desa.Lalu,ia mulai mencari data dengan cara mendengar secara langsung perkataan warga badui yang kemudian ia catat dilembaran-lembaran tanpa menggunakan sistematika penulisan kamus.Intinya,mereka mengumpulkan data melalui istima’, 2. Tahap Kodifikasi Tematik Pada tahap kedua,para ulama’yang telah mengumpulkan data mulai berpikir untuk menggunakan tehnik penulisan secara tematis.Data yang terkumpul mereka klasifikasikan menjadi buku atau kamus tematik. 3. Tahap Kodifikasi Sistematik Pada tahap ketiga,penyusunan kamus mulai menggunakan sistematika penulisan yang lebih baik dan memudahkan para pemakai kamus dalam mencari makna kata yang ingin diketahui.Kamus bahasa Arab pertama yang menggunakan sistematika tertentu adalah kamus Al-‘Ain.karya Khalil bin Ahmad Al-Farahidy (718-768 M/100-170 H)Dari Basrah.Beliau menyusun kamusnya dengan sistematika Al-Shawty. 2.2.5 Sistematika Penyusunan Mu’jam Secara garis besar,ada 2 model penyusunan mu’jam ‘arabiyah yang digunakan para leksikolog,yaitu: (a).Sistem Makna(Kamus Ma’ani) dan (b).Sistem Lafal(Kamus Alfadz). A.Sistem Makna (Kamus Ma’ani) Sistem makna (Kamus Ma’ani) adalah model penyusunan kosakata (item) didalam kamus yang digunakan seorang leksikolog dengan cara menata kata (entri) kamus secara berurutan berdasarkan makna atau kelompok kosa kata yang maknanya sebidang (tematik).Dengan kata lain,pengelompokan entri pada kamus-kamus ma’ani lebih mengedepankan aspek makna yang terkait dengan topik/tema yang telah ditetapkan ole leksikolog.Dengan sistematika ini,maka kamus ma’ani lebih tepat disebut dengan kamus tematik. Kamus-kamus tematik berbahasa Arab,antara lain:Al-Gharib Al-Mushannaf karya Abu Ubaid Al-Qasi bin Salam (150-244 H),Al-Alfadz Al-Kitabiyyah karya Abdurrahman Al-Hamdzani (w.320 H),Mutakhayyir Al-Alfadz karya Ibnu Faris (w.395 H),Fiqh Al-Lughah wa Sir Al-‘Arabiyyah karya Abu Mamsyur Al-Tsa’labi (w.429 H),Al-Mukhashshah fi Al-Lughah karya Ibnu Sydah (398-458 H) dan Kifayah Al-Mutahaffidz wa Nihayah Al-Muthalaffidz karya Ibnu Al-Ajdani (w 600 H). B.Ssistem Lafal (Kamus Alfadz) Sistem Lafal (Kamus Alfadz) adalah kamus yang kata-kata (item) didalamnya tersusun secara berurutan berdasarkan urutan lafal (indeks) dari kosakata yang terhimpun,bukan melihat pada makna kata.Sejak munculnya kamus bahasa Arab pertama,sistematika penyusunan kamus-kamus alfadz terus berkembang pesat seiring dengan kebutuhan para pengguna kamus.Pencarian makna kata dengan cara melihat lafal menjadi Trademark kamus-kamus bahasa Arab.Bhkan,kamus-kamus tematik hanya dipandang sebagai kitab-kitab yang membahas tafsir makna sebagaimana kitab-kitab tafsir Al-Qur’an dan bukan lagi sebagai kamus bahasa. Dalam sejarah perkembangan Leksikon bahasa Arab,Paling tidak terdapat 5 model sistematika (nidzam tartib) yang pernah digunakan leksikolog arab dalam menyusun kamus-kamus lafal,yaitu:Nidzam Al-Shauty (Sistem Fonetik),Nidzam Al-Alfaba’i Al-Khas (Sistem Alfabetis Khusus),Nidzam Al-Qafiyah (Sistem Sajak),Nidzam Al-Alfaba’i Al-‘Aam (Sistem Alfabetis Umum) dan Nidzam Al-Nutqi (Sistem Artikulasi). 2.3 Tokoh-Tokoh Leksikologi Arab 1. Khalil bin Ahmad Alfarahidi Khalil adalah seseorang yang dikaruniai dengan kecerdasan otak dan daya kreativitas yang tinggi oleh Allah SWT. Ia adalah pecinta ilmu yang sejati . Terbukti , ia gemar berkelana dari satu desa ke desa lain yang jaraknya berjauhan hanya untuk mengambil periwayatan lain dari penduduk desa demi memahami satu makna kata. Teori-teorinya banyak terbentuk dari hasil penelitian Ilmiah di lapangan. Khalil rela bergaul dengan penduduk Arab Badui di pedalaman untuk memahami makna bahasa. Hidupnya habis demi perkembangan ilmu bahasa dan sastra Arab. Pada akhirnya, Khalil pun tumbuh menjadi salah satu ulama terbesar di bidang ilmu bahasa Arab. Ia adalah ulama yang menguasai ilmu nahwu(sintaks), bahasa(Linguistik),dan satra Arab. Selain itu, ia juga mumpuni di bidang ilmu matematika, ilmu syariat(hukum Islam), dan seni musik. Melalui karyanya yang berjudul Mu’jam Al ‘Ain, Khalil dikenal sebagai peletak dasar-dasar leksikologi, sehingga tak berlebihan jika Khalil disebut sebagai ‘Bapak Leksikolog Arab’. 2. Abu Amr Assyaibani Abu Amr adalah ulama yang paling memahami dialek dan bahasa bangsa Arab. Bahkan ia dikenal sebagai ulama yang paling paham tentang kalimat-kalimat asing(gharib-alnawadir). Sejak masa remaja , ia gemar belajar bahasa Arab bersama kawan-kawannya di seluruh pelosok desa dan bergaul dengan orang-orang badui di pedalamab untuk memahami dialek dan bahasa Arab yang mereka ucapkan. Akhirnya , ia pun menulis beberapa buku yang memuat koleksi (baca; diwan) bahasa dan dialek orang Kufah dan Baghdad sekaligus. 3. Abu Mansyur Al Azhari Al Harawi Abu Mansyur Al Azhari telah menulis kitab, seperti Tadzhib Al Lughah. Latar belakangnya adalah sosial masyarakat di sekitar Abu Mansyur Al Azhari yang selalu menjunjung tinggi bahasa Arab Fushah, dan menolak intervensi bahasa Arab ammiyah(pasaran).Tadzhib Al Lughah berarti “usaha untuk membenarkan atau mengembalikan kemurnian bahasa Arab”. 4. Ibnu Jinni Nama lengkap Ibnu Jinni adalah Abul Fath Utsman bin Jinni Al-Mushily(320-390 H/932-1001 M). Ia adalah ulama terkenal di bidang ilu nahwu dan sastra . Masa kecilnya dihabiskan di kota Mosul, Irak, Konon, ayahnya bekerja sebagai pembantu setia seorang hakim di Mosul bernama Sulaiman bin Fahd Al-Azdi. Sekalipun demikian ,status sosial itu tidak menyurutkan Ibnu Jinni menuntut ilmu dan memperoleh pendidikan seperti anak-anak lainnya. Karya ilmiah yang berhasil ditulis oleh Ibnu Jinni mencapai 67 buku. Namun, bukunya yang paling populer hingga kini adalah Al Khashaish, sebuah buku yang isinya komprehensip meliputi dasar-dasar ilmu nahwu , kaidah usul fiqh , dan nahwu, dan analisi leksikologis terhadap makna-makna kosakata bahasa Arab. Buku yang terdiri dari 162 bab ini , pernah ia hadiahkan kepada Sultan Baha’uddin Al Buhaiwi, tepatnya setelah guru Ibnu Jinni meninggal dunia.\ Di bidang fiqih , Ibnu Jinni mengikuti mazhab Imam Hanafi. Di bidang aqidah , ia lebih memilih sebagai pengikut mu’tazilah dan di bidang ilmu nahwunya condong ke mazhab ulama Bashrah. Beberapa pendapat Ibnu Jinni yang mengundang kontroversin di dalam kitab al Khashaish, antara lain: kritiknys terhadap kekurangan Al-kitab karya Sibawaih dan pendapatnya yang menyatakan bahwani ilmu bahasa Arab termasuk akidah Islam. Dan selain para tokoh-tokoh leksikolog Arab masih ada beberapa tokoh lain yang akan di lain kesempatan. Seperti Ismail bin Qasim Al-Qoli Al-Baghdadi, Ibnu Duraid, Ibnu Faris Al- Razi, Ismail bin Hammad Al-Jawhari , Ibnu Mandzur Al-Afriqi , Muhammad bin Ya’qub Al-Fairuzbadi, Butrus Al-Bustani , Lewis bin Nuqala , Abdullah Al-‘Ulayali, Ali bin Muhammad Al-Jurjani, Ibnu Siddah , Ibnu Al-Sikkit dan lain-lain. BAB III PENUTUP Kesimpulan : 1. leksikologi adalah ilmu yang membahas tentang kosakata dan maknanya dalam sebuah bahasa atau beberapa bahasa. 2. Faktor kodifikasi bahasa Arab: a) antisipasi kepunahan bahasa Arab,b) empirisme bangsa Arab , c) sebagai keterampilan belajar Bangsa Arab, d) ciri bahasa Arab yang multimakna , e) membedakan antara bahasa Arab Fushah dan bahasa Arab ‘Amiyah 3. Dasar- dasar kodifikasi bahasa Arab: a) Mayoritas masyarakat Arab yang masih ummi , b) Tradisi nomadisme dan perang , c) Lebih senang dengan bahasa lisan. 4. Faktor pendorong penyusunan bahasa Arab: a) Kebutuhan bangsa Arab untuk menafsirkan ayat-ayat al Qur’an , b)Keinginan bangsa Arab untuk menjaga eksistensi bahasa dalam bahasa tulis , c) Banyaknya buku-buku tafsir yang terbit pada masa awal kodifikasi al Qur’an dan hadis tentang gharaib , d) Munculnya ilmu-ilmu metedeologis pertama dalam Islam 5. Tahapan kodifikasi bahasa Arab: a) tahap kodifikasi non-sematik , b) tahap kodifikasi tematik , c) tahap kodifikasi sistematik 6. Sistematika penyusunan mu’jam terbagi menjadi dua; sistem makna dan sistem lafal. 7. Tokoh-tokoh leksikolog Arab seperti Khalil ibn Ahmad Al Farahidi, Abu Amr Asy Syaibani , Abu Mansyur Al Azhari Al Harawi, Ibnu Duraidi , Ibnu Faris Al Razi , Ibnu Jinni , Ismail bin Hammad Al Jawhari, Ibnu Mandzur al Afriqi dan lain-lain. Daftar Pustaka Taufiqurrahman, H.R, M.A.2008.Leksikologi Bahasa Arab. Yogyakarta: UIN MALANG-PRESS



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG

Sebuah bahasa,termasuk bahasa arab,pada awalnya bermula dari bahasa lisan (lughah al-Nutq) yang digunakan para pemakai bahasa untuk berkomunikasi dengan sesamanya,sebelum pada tahap selanjutnya,bahasa itu dikodifikasi atau dibukukan dalam bentuk bahasa tulis (lughah kitabah).Asumsi ini diperkuat dengan bukti realistis yang menunjukkan betapa banyak bahasa yang telah pernah berkembang lalu punah karena belum dikodifikasi dalam catatan.Hal itu disebabkan manusia yang belum mengenal budaya tulis menulis sehingga bahasa lisan mereka lenyap bersamaan dengan eksistensi peradaban mereka.
Dari latar belakang diatas penulis akan menjelaskan bagaimana cara menyusun kamus yang baik agar bisa digunakan oleh masyarakat umum.Dan disini penulis akan menjelaskan perkamusan bahasa arab.

1.2  RUMUSAN MASALAH

1.Apa pengertian dari”Ilmu Al-Ma’ajim (Leksikologi Bahasa Arab)”?
2.Bagaimana perkembangan “Ilmu Al-Ma’ajim (Leksikologi Bahasa Arab)”?
3.Siapakah tokoh-tokoh “Leksikologi Bahasa Arab”?

1.3  TUJUAN

1.Memahami makna Leksikologi Bahasa Arab
2.Mengetahui perkembangan Leksikologi Bahasa Arab
3.Mengetahui tokoh-tokoh Leksikologi Bahasa Arab.









BAB II
       PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Leksikologi Bahasa Arab
            Leksikologi (Ilm Al-Ma’ajim),menurut Dr.Ali Al-Qasimy adalah:
علم المعاجم أو علم المفردات هو دراسة المفردات ومعانيها في لغة واحدة أو في عدد من اللغات.ويهتم علم المفردات من حيث الأساس باشتقاق الألفاظ،وأبنيتها،ودلالاتها المعنوية والإعرابية ،والتّعابير الإصطلاحية ، والمترادفات وتعدد المعاني.
            Leksikologi atau ilmu kosakata adalah ilmu yang membahas tentang kosakata dan maknanya dalam sebuah bahasa atau beberapa bahasa.Ilmu ini memprioritaskan kajiannya dalam hal derivasi kata,struktur kata,makna kosakata,idiom-idiom,sinonim dan polisemi.
            Leksikologi dalam bahasa inggris dinamakan “Lexicology” yang berarti ilmu atau studi mengenai bentuk,sejarah dan arti kata-kata.Sedangkan dalam bahasa arab,leksikologi disebut dengan “Ilm Al-Ma’ajim”,yaitu ilmu yang mempelajari seluk beluk kamus.
            Menurut bahasa,lexicology berasal dari kata lexicon yang berarti:kamus,mu’jam atau istilah dari sebuah ilmu.Menurut istilah,leksikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari seluk beluk makna /arti kosakata yang telah termuat atau akan dimuat didalam kamus.
            Sedangkan leksikografi (Dirasah Mu’jamiyah) adalah pengetahuan dan seni menyusun kamus-kamus bahasa dengan menggunakan sistematika tertentu untuk menghasilkan produk kamus yang berkualitas,mudah dan lengkap.
            Antara leksikologi dan leksikografi tidak bisa dipisahkan.Leksikologi tanpa leksikografi tidak akan menghasilkan sebuah produk kamus yang baik,benar dan mudah dimanfaatkan oleh para pengguna bahasa.Sebaliknya,leksikografi tanpa leksikologi juga hanya dapat melahir\kan kamus-kamus yang tidak sempurna dalam mengungkap makna kosakata.Akan tetapi,ilmu leksikografi sebagai bagian dari linguistik terapan,lebih memerlukan hasil-hasil kajian atau penelitian dari ilmu leksikologi dalam upaya mewujudkan kamus yang baik,benar,lengkap dan memudahkan pembaca.karena itu,istilah “ilmu leksikologi” berarti berhubungan dan mencakup leksikografi.
            Secara teknis,Ali Al-Qasimy menjelaskan bahwa leksikografi adalah ilmu yang membahas tentang 5 langkah utama dalam menyusun sebuah kamus:
1.Mengumpulkan data (kosakata),
2.Memilih pendekatan dan penyusunan kamus yang akan ditempuh,

3.Menyusun kata sesuai dengan sistematika tertentu,
4.Menulis materi,
5.Mempublikasikan hasil kodifikasi bahasa atau kamus tersebut.
            Dengan demikian,baik ilmu leksikologi maupun leksikografi keduanya adalah bagian dari ilmu linguistik.Leksikologi,sebagai studi pengembangan dari ilmu semantik,menjadi bagian dari ilmu linguistik teoritis (Ilm Al-Lughah Al-Nadzary).Sedangkan leksikografi,sebagai studi pengembangan dari leksikologi,menjadi bagian dari linguistik terapan (Ilm Al-Lughah Al-Tathbiqy).
2.2 Perkembangan Leksikologi Arab
2.2.1 Sejarah Leksikologi Bahasa Arab
            Sebuah bahasa,termasuk bahasa arab,pada awalnya bermula dari bahasa lisan (lughah al-Nutq) yang digunakan para pemakai bahasa untuk berkomunikasi dengan sesamanya,sebelum pada tahap selanjutnya,bahasa itu dikodifikasi atau dibukukan dalam bentuk bahasa tulis (lughah kitabah).Asumsi ini diperkuat dengan bukti realistis yang menunjukkan betapa banyak bahasa yang telah pernah berkembang lalu punah karena belum dikodifikasi dalam catatan.Hal itu disebabkan manusia yang belum mengenal budaya tulis menulis sehingga bahasa lisan mereka lenyap bersamaan dengan eksistensi peradaban mereka.
            Selain alat komunikasi,bahasa juga berfungsi sebagai alat berpikir atau media nalar bagi pemakai bahasa itu sendiri.Perkembangan sebuah bahasa mengikuti perkembangan pemikiran para pengguna bahasa.Sedang manusia,ia tidak akan mampu menghafal dan mengembang seluruh kata dari bahasanya sekalipun ia memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi.Oleh sebab iu,terkadang seseorang tidak mampu mengingat sebuah kata atau kesulitan untuk menyebut kosakata yang sesuai dengan yang ia inginkan.
            Problem diatas menunjukkan urgensi kamus sebagai bahan rujukan untuk mengembangkan makna,menghimpun kata,melestarikan bahasa dan mewariskan peradaban yang bisa dikembangkan.Hal ini yang mendasari manusia melirik pentingnya bahasa tulis untuk mengkodifikasi bahasa mereka.
            Bahasa arab merupakan bahasa yang kaya dengan kosakata.Kosakata dalam bahasa arab merangkum semua bidang.Ia dapat diperhatikan berdasarkan kepada kata-kata yang dikodofikasikan didalam kamus-kamus arab.Dalam bahasa arab,pembentukan satu kata saja bisa menunjuk ke beberapa makna.Contohnya kata ‘Ain yang memberi makna kepada mata penglihatan,mata air,sebuah negeri,sebuah tempat,ketua kaum,pimpinan tentara,bermakna diri,bayaran sekaligus secara tunai,sejenis mata uang,pengintip dan huruf ‘Ain.
            Selain kebutuhan terhadap kodifikasi bahasa dalam bentuk tulisan dikalangan bangsa arab,karakter bahasa arab yang memiliki kekayaan kosa kata dan aspek kesamaan makna dalam beberapa kata,merupakan faktor pendukung yang memudahkan bangsa arab untuk menyusun kamus.
            Proses kodifikasi,pada akhirnya merubah bahasa arab dari semula yang tidak ilmiah(tidak bisa dipelajari secara ilmiah) menjadi bahasa ilmiah,bahasa yang tunduk kepada sistem yang juga diikuti oleh obyek ilmiahnya.
            Proses pengumpulan dan kodifikasi bahasa bertolak dari kekhawatiran terjadinya kerusakan bahasa karena menyebarnya dialek yang menyimpang(Lahn) dalam masyarakat dimana orang arab sebagai kelompok minoritas.Karena terjadinya Lahn yang disebabkan oleh terjadinya percampuran antara orang arab dan non-arab (mawali) di kota-kota besar semisal Irak dan Syam,maka wajar jika bahasa arab yang dipandang valid(al-lughah al-shahihah) dicari dari orang-orang badui khususnya dari kabilah-kabilah yang masih terisolisir dan masyarakatnya masih memelihara instink dan kemurnian pelafalannya.Karena itu,para leksikolog lebih mengarahkan periwayatan bahasa kepada orang badui.
            Jadi,pada awalnya proses pemaknaan kosakata dalam bahasa arab bermula melalui metode pendengaran (al-sima’),yaitu pengambilan riwayat oleh para ahli bahasa dengan cara mendengarkan langsung perkataaan orang-orang badui.Kemudian,metode pendengaran bergeser ke metode analogi (qiyas),yaitu pemaknaan kata dengan menggunakan teori-teori tertentu yang dibuat oleh para ahli bahasa.
2.2.2 Dasar-dasar Kodifikasi Bahasa Arab.
            Sebelum era Dinasti Abbasiyah,bangsa Arab,terutama umat islam,belum banyak yang mengenal pentingnya kodifikasi bahasa atau penyusunan kamus-kamus bahasa arab.Paling tidak,manurut Dr.Imel Ya’qub,ada 3 faktor yang menyebabkan kenapa bangsa arab belum atau terlambat dalam hal penyusunan kamus.
1.Mayoritas bangsa Arab masih ummy (buta huruf)
            Sebelum Islam datang di Jazirah Arab,bangsa Arab yang bisa membaca dan menulis dapat dikatakan sangat minim.Nabi Muhammad SAW sendiri menyatakan,dan Al-Qur’an menegaskan,apa yang telah diketahui orang-orang pada zamannya,yaitu bahwa beliau buta huruf,dan tak mungkin dapat menyusun Al-Qur’an.Memang,pada era wahyu Al-Qur,an diturunkan,mayoritas sahabat Nabi juga tidak banyak yang mampu membaca dan menulis.Kenyataan ini yang menyebabkan masyarakat bangsa Arab kurang memperhatikan masalah kodifikasi bahasa mereka.Apalagi untuk mengumpulkan makna kosakata dan menulisnya dalam bentuk kamus.
2.Tradisi nomadisme dan perang.
            Didalam Jazirah Arab,penduduknya tidak pernah menetap.perpindahan dari tanah pertanian ke padang rumput dan dari padang rumput ke tanah pertanian  ,terus terjadi,dan menjadi ciri setiap fase sejarah jazirah.Selain tradisi nomadisme,penduduk jazirah Arab kerap kali berperang antar suku dan golongan.Tradisi nomadisme dan perang menjadi sebab utama bangsa Arab untuk kurang memperhatikan tradisi baca tulis dikalangan mereka.
3.Lebih senang dengan bahasa lisan.
            Tak dapat dipungkiri jika bangsa Arab sangat fanatik dengan bahasa lisan.Mereka lebih mengagungkan tradisi muhadatsah.khitabah dan syair.Barangkali,secara geografis,wilayah gurun yang sepi dan kebiasaan migrasi juga berperan menciptakan tradisi sastra dukalangan mereka.

            Ketiga faktor diatas mengakibatkan bangsa Arab sangat tertinggal dengan bangsa lain dalam hal kodifikasi bahasa atau penyusunan kamus-kamus berbahasa arab.
            Sekalipu demikian,bukan berarti sebelum era Dinasti Abbasiyah,bangsa Arab sama sekali tidak mengenal kamus,sebab leksikologi-dalam arti ilmu yang berusaha mengungkap makna-telah menjadi perbincangan di jazirah Arab.Ide-ide leksikon itu semakin berkembang pesat dikalangan bangsa Arab,terutama umat Islam,seiring dengan aktifitas mereka dalam usaha memahami dan menginterpretasikan ayat-ayat suci Al-Qur’an.
            Salah satu buktinya adalah riwayat Abu Ubaidah dalam Al-Fadhail dari anas bahwa ketika Khalifah Umar bin Khaatab ra.(584-644 M) berkhutbah diatas mimbar,beliau membaca ayat :
وفاكهة وأبّا                                                                                          
            “Dan buah-buahan serta rumpu-rumputan”
            Lalu,Umar berkata:”Arti kata fakihah (buah) telah kita ketahui,tetapi apakah makna kata abb pada ayat tersebut?”.
            Ibnu Abbas ra. Juga pernah mempertanyakan makna dari kata “Fatir” dalam firman Allah SWT  surat Fatir ayat 1.Untuk mencari tahu makna kata tersebut,Ibnu Abbas ra. Rela masuk ke daerah-daerah pelosok desa di wilayah Arab Badui yang dikenal masih memiliki kebahasaan yang asli.Kala itu,Ibnu Abbas melihat 2 orang di dusun yang sedang bertengkar tentang masalah sumur,salah seorang berkat:”Ana Fathartuha” (maksudnya,sayalah yang pertama kali membuatnya).Dengan peristiwa ini,akhirnya Ibnu Abbas bisa memahami bahwa tafsir dari kata fathir berarti “pencipta”.
2.2.3 Faktor Pendorong Penyusunan Kamus Arab
            Faktor-faktor yang mendorong bangsa Arab untuk mengkodifikasi bahasa mereka dan menyusun kamus-kamus berbahasa Arab,antara lain:
1.Kebutuhan bangsa Arab untuk menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an.
2.Keinginan mereka untuk menjaga eksistensi bahasa mereka dalam bentuk bahasa tulis.
3.Banyaknya buku-buku tafsir yang terbit pada masa awal kodifikasi Al-Qur’an dan Hadits tentang gharaib atau kata-kata asing.
4.Munculnya ilmu-ilmu metodologis pertama dalam islam.
2.2.4 Tahapan Kodifikasi Bahasa Arab
            Ahmad Amin (1878-1954)menyebutkan ada 3 tahap kodifikasi bahasa Arab hingga lahir kamus-kamus bahasa Arab.
1.      Tahap Kodifikasi Non-Sistemik
Pada tahap ini seorang ahli bahasa biasa melakukan perjalanan menuju ke desa-desa.Lalu,ia mulai mencari data dengan cara mendengar secara langsung perkataan warga badui yang kemudian ia catat dilembaran-lembaran tanpa menggunakan sistematika penulisan kamus.Intinya,mereka mengumpulkan data melalui istima’,
2.      Tahap Kodifikasi Tematik
Pada tahap kedua,para ulama’yang telah mengumpulkan data mulai berpikir untuk menggunakan tehnik penulisan secara tematis.Data yang terkumpul mereka klasifikasikan menjadi buku atau kamus tematik.
3.      Tahap Kodifikasi Sistematik
Pada tahap ketiga,penyusunan kamus mulai menggunakan sistematika penulisan yang lebih baik dan memudahkan para pemakai kamus dalam mencari makna kata yang ingin diketahui.Kamus bahasa Arab pertama yang menggunakan sistematika tertentu adalah kamus Al-‘Ain.karya Khalil bin Ahmad Al-Farahidy (718-768 M/100-170 H)Dari Basrah.Beliau menyusun kamusnya dengan sistematika Al-Shawty.

2.2.5 Sistematika Penyusunan Mu’jam
            Secara garis besar,ada 2 model penyusunan mu’jam ‘arabiyah yang digunakan para leksikolog,yaitu: (a).Sistem Makna(Kamus Ma’ani) dan (b).Sistem Lafal(Kamus Alfadz).
A.Sistem Makna (Kamus Ma’ani)
            Sistem makna (Kamus Ma’ani) adalah model penyusunan kosakata (item) didalam kamus yang digunakan seorang leksikolog dengan cara menata kata (entri) kamus secara berurutan berdasarkan makna atau kelompok kosa kata yang maknanya sebidang (tematik).Dengan kata lain,pengelompokan entri pada kamus-kamus ma’ani lebih mengedepankan aspek makna yang terkait dengan topik/tema yang telah ditetapkan ole leksikolog.Dengan sistematika ini,maka kamus ma’ani lebih tepat disebut dengan kamus tematik.
            Kamus-kamus tematik berbahasa Arab,antara lain:Al-Gharib Al-Mushannaf  karya Abu Ubaid Al-Qasi bin Salam (150-244 H),Al-Alfadz Al-Kitabiyyah karya Abdurrahman Al-Hamdzani (w.320 H),Mutakhayyir Al-Alfadz karya Ibnu Faris (w.395 H),Fiqh Al-Lughah wa Sir Al-‘Arabiyyah karya Abu Mamsyur Al-Tsa’labi (w.429 H),Al-Mukhashshah fi Al-Lughah karya Ibnu Sydah (398-458 H) dan Kifayah  Al-Mutahaffidz wa Nihayah Al-Muthalaffidz karya Ibnu Al-Ajdani (w 600 H).

B.Ssistem Lafal (Kamus Alfadz)
            Sistem Lafal (Kamus Alfadz) adalah kamus yang kata-kata (item) didalamnya tersusun secara berurutan berdasarkan urutan lafal (indeks) dari kosakata yang terhimpun,bukan melihat pada makna kata.Sejak munculnya kamus bahasa Arab pertama,sistematika penyusunan kamus-kamus alfadz terus berkembang pesat seiring dengan kebutuhan para pengguna kamus.Pencarian makna kata dengan cara melihat lafal menjadi Trademark kamus-kamus bahasa Arab.Bhkan,kamus-kamus tematik hanya dipandang sebagai kitab-kitab yang membahas tafsir makna sebagaimana kitab-kitab tafsir Al-Qur’an dan bukan lagi sebagai kamus bahasa.
            Dalam sejarah perkembangan Leksikon bahasa Arab,Paling tidak terdapat 5 model sistematika (nidzam tartib) yang pernah digunakan leksikolog arab dalam menyusun kamus-kamus lafal,yaitu:Nidzam Al-Shauty (Sistem Fonetik),Nidzam Al-Alfaba’i Al-Khas (Sistem Alfabetis Khusus),Nidzam Al-Qafiyah (Sistem Sajak),Nidzam Al-Alfaba’i Al-‘Aam (Sistem Alfabetis Umum) dan Nidzam Al-Nutqi (Sistem Artikulasi).

2.3 Tokoh-Tokoh Leksikologi Arab
1.      Khalil bin Ahmad Alfarahidi
Khalil adalah seseorang yang dikaruniai dengan kecerdasan otak dan daya kreativitas yang tinggi oleh Allah SWT. Ia adalah pecinta ilmu yang sejati . Terbukti , ia gemar berkelana dari satu desa ke desa lain yang jaraknya berjauhan hanya untuk mengambil periwayatan lain dari penduduk desa  demi memahami satu makna kata. Teori-teorinya banyak terbentuk dari hasil penelitian Ilmiah di lapangan. Khalil rela bergaul dengan penduduk Arab Badui di pedalaman untuk memahami makna bahasa. Hidupnya habis demi perkembangan ilmu bahasa dan sastra Arab.
Pada akhirnya, Khalil pun tumbuh menjadi salah satu ulama terbesar di bidang ilmu bahasa Arab. Ia adalah ulama yang menguasai ilmu nahwu(sintaks), bahasa(Linguistik),dan satra Arab. Selain itu, ia juga mumpuni di bidang ilmu matematika, ilmu syariat(hukum Islam), dan seni musik. Melalui karyanya yang berjudul Mu’jam Al ‘Ain, Khalil dikenal sebagai peletak dasar-dasar leksikologi, sehingga tak berlebihan jika Khalil disebut sebagai ‘Bapak Leksikolog Arab’.
2.      Abu Amr Assyaibani
Abu Amr adalah ulama yang paling memahami dialek dan bahasa  bangsa Arab. Bahkan ia dikenal sebagai ulama yang paling paham tentang kalimat-kalimat asing(gharib-alnawadir). Sejak masa remaja , ia gemar belajar bahasa Arab bersama kawan-kawannya di seluruh pelosok desa dan bergaul dengan orang-orang badui di pedalamab untuk memahami dialek dan bahasa Arab yang mereka ucapkan. Akhirnya , ia pun menulis beberapa buku yang memuat koleksi (baca; diwan) bahasa dan dialek orang Kufah dan Baghdad sekaligus.
3.      Abu Mansyur Al Azhari  Al Harawi
Abu Mansyur Al Azhari telah menulis kitab, seperti Tadzhib Al Lughah. Latar belakangnya adalah sosial masyarakat di sekitar Abu Mansyur Al Azhari yang selalu menjunjung tinggi bahasa Arab Fushah, dan menolak intervensi bahasa Arab ammiyah(pasaran).Tadzhib Al Lughah berarti “usaha untuk membenarkan atau mengembalikan kemurnian bahasa  Arab”.
4.      Ibnu Jinni
Nama lengkap Ibnu Jinni adalah Abul Fath Utsman bin Jinni Al-Mushily(320-390 H/932-1001 M). Ia adalah ulama terkenal di bidang ilu nahwu dan sastra . Masa kecilnya dihabiskan di kota Mosul, Irak, Konon, ayahnya bekerja sebagai pembantu setia seorang hakim di Mosul bernama Sulaiman bin Fahd Al-Azdi. Sekalipun demikian ,status sosial itu tidak menyurutkan Ibnu Jinni menuntut  ilmu dan memperoleh pendidikan seperti anak-anak lainnya.
Karya ilmiah yang berhasil ditulis oleh Ibnu Jinni mencapai 67 buku. Namun, bukunya yang paling populer hingga kini adalah Al Khashaish, sebuah buku yang isinya komprehensip meliputi dasar-dasar ilmu nahwu , kaidah usul fiqh , dan nahwu, dan analisi leksikologis terhadap makna-makna kosakata bahasa Arab. Buku yang terdiri dari 162 bab ini , pernah ia hadiahkan kepada Sultan Baha’uddin Al Buhaiwi, tepatnya setelah guru Ibnu Jinni meninggal dunia.\
Di bidang fiqih , Ibnu Jinni mengikuti mazhab Imam Hanafi. Di bidang aqidah , ia lebih memilih sebagai pengikut mu’tazilah dan di bidang ilmu nahwunya condong ke mazhab ulama Bashrah. Beberapa pendapat Ibnu Jinni yang mengundang kontroversin di dalam kitab al Khashaish,  antara lain: kritiknys terhadap kekurangan Al-kitab karya Sibawaih dan pendapatnya yang menyatakan bahwani ilmu bahasa Arab termasuk akidah Islam.

Dan selain para tokoh-tokoh leksikolog Arab masih ada beberapa tokoh lain yang akan di lain kesempatan. Seperti  Ismail bin Qasim Al-Qoli Al-Baghdadi, Ibnu Duraid, Ibnu  Faris Al- Razi, Ismail bin Hammad Al-Jawhari , Ibnu Mandzur Al-Afriqi , Muhammad bin Ya’qub Al-Fairuzbadi, Butrus Al-Bustani , Lewis bin Nuqala , Abdullah Al-‘Ulayali, Ali bin Muhammad Al-Jurjani, Ibnu Siddah , Ibnu Al-Sikkit dan lain-lain.









BAB III
PENUTUP

Kesimpulan :
1.       leksikologi adalah  ilmu yang membahas tentang kosakata dan maknanya dalam sebuah bahasa atau beberapa bahasa.
2.      Faktor kodifikasi bahasa Arab: a) antisipasi kepunahan bahasa Arab,b) empirisme bangsa Arab , c) sebagai keterampilan belajar Bangsa Arab, d) ciri bahasa Arab yang multimakna , e) membedakan antara bahasa Arab Fushah dan bahasa Arab ‘Amiyah
3.      Dasar- dasar kodifikasi bahasa Arab: a) Mayoritas masyarakat Arab yang masih ummi , b) Tradisi nomadisme dan perang , c) Lebih senang dengan bahasa lisan.
4.      Faktor pendorong penyusunan bahasa Arab: a) Kebutuhan bangsa Arab untuk menafsirkan ayat-ayat al Qur’an , b)Keinginan bangsa Arab untuk menjaga eksistensi bahasa dalam bahasa tulis , c) Banyaknya buku-buku tafsir yang terbit pada masa awal kodifikasi al Qur’an dan hadis tentang gharaib , d) Munculnya ilmu-ilmu metedeologis pertama dalam Islam
5.      Tahapan kodifikasi bahasa Arab: a) tahap kodifikasi non-sematik , b) tahap kodifikasi tematik , c) tahap kodifikasi sistematik
6.      Sistematika penyusunan mu’jam terbagi menjadi dua; sistem makna dan sistem lafal.
7.      Tokoh-tokoh leksikolog Arab seperti Khalil ibn Ahmad Al Farahidi, Abu Amr Asy Syaibani , Abu Mansyur Al Azhari Al Harawi, Ibnu Duraidi , Ibnu Faris Al Razi , Ibnu Jinni , Ismail bin Hammad Al Jawhari, Ibnu Mandzur al Afriqi dan lain-lain.






Daftar Pustaka

Taufiqurrahman, H.R, M.A.2008.Leksikologi Bahasa Arab. Yogyakarta: UIN MALANG-PRESS




Jumat, 30 Maret 2012


ISLAM Vs SAPI...???
Kabupaten Kudus merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah, yang letaknya di pantai utara Jawa, yang dikategorikan sebagai kota kuno, yang dikenal sebagai kota bersejarah. Hal ini terbukti banyak peninggalan sejarah, kepurbakalaan, cagar budaya, tradisi dan adat istiadat leluhur. Terutama, pada transisi agama Hindu ke Islam, yaitu masa berkembangnya agama Islam di Pulau Jawa.
Beliau adalah Sunan Kudus yang bernama asli Syekh Ja’far Shodiq. Beliau pula yang menjadi salah satu dari anggota Wali Sanga sebagai penyebar Islam di Tanah Jawa. Sosok Sunan Kudus begitu sentral dalam kehidupan masyarakat Kudus dan sekitarnya. Kesentralan itu terwujud dikarenakan Sunan Kudus telah memberikan pondasi pengajaran keagamaan dan kebudayaan yang toleran.
Salah satu santri sunan kudus yang pandai dan berwajah tampan adalah Raden Mas Bagus. Raden Mas Bagus, putra bangsawan Mataram. Dan, karena kepandaian dan ketampanannya itu, salah satu putri bangsawan Hindu pada saat itu jatuh cinta, ia bernama Aruna Amrita Kalinda yang cantik jelita.
Kedua muda-mudi itu akhirnya berjanji sehidup semati. Akan tetapi, janji kesetiaan itu didengar oleh Sunan kudus. Sunan kudus tidak mengizinkan hubungan mereka karena perbedaan keyakinan. Karena hubungan Raden Mas Bagus dan Aruna Amrita Kalinda semakin menjadi-jadi, Sunan Kudus akhirnya memberikan tugas-tugas yang berat untuk Raden Mas Bagus agar mereka berpisah. Akan tetapi hal tersebut itu justru dimanfaatkan Raden Mas Bagus dan Aruna Amrita Kalinda untuk mempererat hubungan mereka hingga Sunan Kudus kehabisan ide untuk memisahkan mereka. Hingga akhirnya Sunan Kudus melarang menyembelih sapi kepada para pengikutnya. Bukan saja melarang untuk menyembelih, sapi yang notabene halal bagi kaum muslim juga ditempatkan di halaman masjid kala itu. (hal ini dimaksudkan agar sang putri Aruna Amrita Kalinda dan keluarganya masuk Islam). Langkah Sunan Kudus tersebut tentu mengundang rasa simpatik putri Aruna Amrita Kalinda dan keluarganya masuk Islam serta masyarakat hindu  yang waktu itu menganggap sapi sebagai hewan suci. Mereka kemudian berduyun-duyun mendatangi Sunan Kudus untuk  bertanya banyak hal lain dari ajaran yang dibawa oleh beliau. Lama-kelamaan, bermula dari situ, masyarakat semakin banyak yang mendatangi masjid sekaligus mendengarkan petuah-petuah Sunan Kudus tak terkecuali putri Aruna Amrita Kalinda dan keluarganya. Islam tumbuh dengan cepat.
Dan akhirnya Raden Mas Bagus dan Aruna Amrita Kalinda hidup bersama.
Sampai sekarang ajaran itu masih dianut masyarakat Kudus. Tidak mengherankan jika di Kudus terkenal dengan kuliner dari kerbau, bukan sapi, seperti sate dan soto kerbau. Sunan Kudus tidak pernah menutup Kudus bagi orang beragama lain. Dia ingin setiap pemeluk agama bergandengan tangan membangun kesucian dengan keyakinan dan cara masing-masing.
                                                            Oleh: Qoniatu Saadah (11310090/BSA C)
                                                            Tugas: ke-4/23 Maret 2012

Kamis, 01 Maret 2012

nirkabel


BAB I
PENDAHULUAN

1.1             Latar Belakang
Perkembangan teknologi saat ini begitu cepat, baik perangkat keras maupun perangkat lunak, hal ini terlihat pada era teknologi informasi seperti sekarang ini. Pada era globalisasi saat ini, untuk meningkatkan efisiensi sebuah jaringan sudah menjadi keharusan, terutama jaringan komputer dengan sistemnya, yaitu jaringan nirkabel yang mana sekarang ini sangat efisien untuk berbagai instansi penting, seperti sekolah dan instansi – instansi modern lainnya dalam menghadapi persaingan diera globalisasi saat ini. Saat ini banyak jaringan komputer yang menggunakan dengan tanpa kabel atau disebut dengan nirkabel atau wireless. Karena jaringan tersebut sangat simpel dan efektif. Contoh jaringan nirkabel tidak hanya digunakan pada komputer saja, sekarang handphone, bluetooth, infra merah dan radio  pun merupakan contoh sistem yang menggunakan jaringan nirkabel.
Oleh karena itu, kita sebagai mahasiswa setidaknya harus mengetahui apa itu jaringan nirkabel, apa saja contohnya. Supaya kita tidak menjadi kaum yang gaptek (gagap teknologi).
1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian jaringan nirkabel ?
2.      Bagaimana sejarah ditemukannya jaringan nirkabel ?
3.      Apakah Bluetooth, infra merah dan telepon seluler itu ?
1.3 Tujuan
1.      Agar kita mengetahui apa jaringan nirkabel itu ?
2.      Dan apa saja macam – macam jaringan nirkabel ?


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Nirkabel
            Jaringan local nirkabel atau WLAN adalah salah satu jaringan area local nirkabel yang menggunakan gelombang radio sebagai media transmisinya. Wi-fi (wireless fidelity) atau jaringan tanpa kabel, sering disebut dengan IEEE 802.11 karena standart yang biasa digunakan adalah IEEE 802.11. keuntungan menggunakan jenis jaringan seperti ini adalah tanpa menggunakan kabel, yang mana sudah sangat simple, kita sudah dapat membangun atau melakukan koneksi ke sebuah jaringan. Jika sebelumnya kita mengenal medium kabel koaksial atau kabel UTP yang sering digunakan dalam membangun sebuah jaringan computer, maka pada saat ini orang lebih suka menggunakan system wireless, karena kemudahannya dalam konfigurasi dan penggunaannya.
2.2 Sejarah
WLAN diharapkan berlanjut menjadi sebuah bentuk penting dari sambungan di banyak area bisnis. Pasar diharapkan tumbuh sebagai manfaat dari WLAN diketahui. Frost & Sullivan mengestimasikan pasar WLAN akan menjadi 0,3 miiyar dollar AS dalam 1998 dan 1,6 milyar dollar di 2005. Sejauh ini WLAN sudah di-install in universitas-universitas, bandara-bandara, dan tempat umum besar lainnya.. Namun, di Inggris biaya sangat tinggi dari penggunaan sambungan seperti itu, di publik sejauh ini dibatasi untuk penggunaan di tempat tunggu kelas bisnis bandara, dll. Pasar masa depan yang luas diramalkan akan pulih, kantor perusahaan dan area pusat dari kota utama. Kota New York telah memulai sebuah program untuk menyelimuti seluruh distrik kota dengan internet nirkabel. Perangkat WLAN aslinya sangat mahal yang hanya digunakan untuk alternatif LAN kabel di tempat dimana pengkabelan sangat sulit dilakukan atau tidak memungkinkan. Seperti tempat yang sudah  ruang kelas, meskipun jarak tertutup dari 802.11b (tipikalnya 30 kaki.) batas dari itu digunakan untuk gedung kecil. Komponen WLAN cukup mudah untuk digunakan di rumah, dengan banyak di set-up sehingga satu PC (Perangkat Komputer) keluarga dapat digunakan untuk share sambungan internet dengan seluruh anggota keluarga (pada saat yang sama tetap kontrol akses berada di PC orang tua). Pengembangan utama meliputi solusi spesifik industri and protokol proprietary, tetapi pada akhir 1990-an digantikan dengan standar, versi jenis utama dari IEEE 802.11 (Wi-Fi) dan HomeRF (2 Mbit/s, antar di Inggris ). Sebuah alternatif ATM-seperti teknologi standar 5 GHz, HIPERLAN, sejauh ini tidak berhasil di pasaran, dan dengan dirilisnya yang lebih cepat 54 Mbit/s 802.11a (5 GHz) dan standar 802.11g (2.4 GHz), hampir pasti tidak mungkin.
2.2 Macam Jaringan Nirkabel
            Analogi dengan jaringan yang menggunakan kabel, jarigan Wi-Fi dapat dibedakan dalam beberapa macam berdasarkan jarak data yang dapat ditransmisikan :
a.  Wireless Wide Area Networks (WWANs)
Koneksi ini dapat mencakup jangkauan yang luas seperti pada sebuah kota atau Negara, melalui beberapa antena atau system satelit yang digunakan oleh penyelenggara jasa telekomunikasi. Teknologi WWANs ini dikenal dengan system 2G (second generation), inti dari 2G ini termasuk didalamnya GSM (global system for mobile communications), CDMA (celluler digital multiple acces), CDPD (celluler digital packet data).
b.  Wireless Metropolitan Area Networks (WMANs)
      Teknologi ini memungkinkan pengguna untuk membuat koneksi nirkabel antara beberapa lokasi dalam satu daerah metropolitan, misal antara gedung – gedung yang berbeda dalam satu kota atau dalam satu kampus. WMANs ini menggunakan gelombang radio atau sinar inframerah untuk mentransmisikan data.
c.  Wireless Local Area Networks (WLANs)
Dengan teknologi ini pengguna dizinkan untuk membangun jaringan nirkabel dalam satu daerah local, misal dalam lingkungan satu kantor, gedung, hotel, bandara. Dengan jaringan WLAN ini pengguna bisa tukar menukar data pada lokasi yang berbeda namun masih dalam satu kantor atau gedung.


d.  Wireless Personal Area Networks (WPANs)
            Pada teknologi ini pengguna diperbolehkan membangun jaringan nirkabel untuk piranti – piranti sederhana seperti : HP / telepon seluler atau laptop. Hal ini dapat dilakukan pada sebuah ruang operasi personal (POS). POS adalah sebuah ruang yang bisa mencapai jarak sampai 10 meter. Dua teknologi yang sering dipakai dalam penerapan WPAN ini adalah Bluetooth dan infrared.
2.3 Bluetooth
Bluetooth adalah sebuah teknologi komunikasi wireless (tanpa kabel) yang beroperasi dalam pita frekuensi 2,4 GHz unlicensed ISM (Industrial, Scientific and Medical) dengan menggunakan sebuah frequency hopping tranceiver yang mampu menyediakan layanan komunikasi data dan suara secara real-time antara host-host bluetooth dengan jarak jangkauan layanan yang terbatas (sekitar 10 meter).
Nama “bluetooth” berasal dari nama raja diakhir abad sepuluh, Harald Blatand yang di Inggris juga dijuluki Harald Bluetooth kemungkinan karena memang giginya berwarna gelap. Ia adalah raja Denmark yang telah berhasil menyatukansuku-suku yang sebelumnya berperang, termasuk suku dari wilayah yang sekarang bernama Norwegia. Sedangkan logo bluetooth berasal dari penyatuan dua huruf Jerman yang analog dengan huruf H dan B, atau singkatan dari Harald dan Bluetooth.
Bluetooth merupakan peralatan untuk jenis personal. Ini disebabkan karena jarak jangkauannya yang sangat terbatas (10 m) menggunakan gelombang radio, meskipun perangkat yang berhubungan tidak saling berhadapan (berada di tempat yang berbeda), selama masih dalam jangkauan sinyal bluetooth, keduanya akan tetap bisa terkoneksi satu sama lain. Bluetooth terbagi dalam tiga kelas : Class 1 (mempunyai daya maksimum 100mW dengan jangkauan 100 meter).Class 2 (dengan daya maksimum 2,5 mW dengan jangkauan 10 meter).dan Class 3 (berdaya maksimum 1 mW dengan jangkauan 1 meter).
Kelebihan bluetooth
- Sinyal dapat menembus tembok/halangan,
- Biaya relatif murah,
- Berdaya rendah, dan
- Hardware yang relatif kecil.
Kelemahan  Bluetooth
- Kecepatan data relatif rendah, dan
- Sinyal yang lemah di luar batasan.

2.4 Inframerah

Inframerah adalah radiasi elektromagnetik dari panjang gelombang lebih panjang dari cahaya tampak, tetapi lebih pendek dari radiasi gelombang radio. Namanya berarti "bawah merah" (dari bahasa Latin infra, "bawah"), merah merupakan warna dari cahaya tampak dengan gelombang terpanjang. Radiasi inframerah memiliki jangkauan tiga "order" dan memiliki panjang gelombang antara 700  nm dan 1 mm. Inframerah ditemukan secara tidak sengaja oleh Sir William Herschell, astronom kerajaan Inggris ketika ia sedang mengadakan penelitian mencari bahan penyaring optik yang akan digunakan untuk mengurangi kecerahan gambar matahari dalam tata surya teleskop
Kegunaan Inframerah dibidang Komunikasi
  1. Adanya sistem sensor infra merah. Sistem sensor ini pada dasarnya menggunakan inframerah sebagai media komunikasi yang menghubungkan antara dua perangkat. Penerapan sistem sensor infra ini sangat bermanfaat sebagai pengendali jarak jauh, alarm keamanan, dan otomatisasi pada sistem. Adapun pemancar pada sistem ini terdiri atas sebuah LED (Lightemitting Diode)infra merah yang telah dilengkapi dengan rangkaian yang mampu membangkitkan data untuk dikirimkan melalui sinar inframerah, sedangkan pada bagian penerima biasanya terdapat foto transistor, fotodioda, atau modulasi infra merah yang berfungsi untuk menerima sinar inframerah yang dikirimkan oleh pemancar.
  2. Adanya kamera tembus pandang yang memanfaatkan sinar inframerah. Sinar inframerah memang tidak dapat ditangkap oleh mata telanjang manusia, namun sinar inframerah tersebut dapat ditangkap oleh kamera digital atau video handycam. Dengan adanya suatu teknologi yang berupa filter iR PF yang berfungi sebagai penerus cahaya infra merah, maka kemampuan kamera atau video tersebut menjadi meningkat. Teknologi ini juga telah diaplikasikan ke kamera handphone
  3. Untuk pencitraan pandangan seperti nightscoop
  4. Inframerah digunakan untuk komunikasi jarak dekat, seperti pada remote TV. Gelombang inframerah itu mudah untuk dibuat, harganya relatif murah, tidak dapat menembus tembok atau benda gelap, serta memiliki fluktuasi daya tinggi dan dapat diinterfensi oleh cahaya matahari.
  5. Sebagai alat komunikasi pengontrol jarak jauh. Inframerah dapat bekerja dengan jarak yang tidak terlalu jauh (kurang lebih 10 meter dan tidak ada penghalang)
  6. Sebagai salah satu standardisasi komunikasi tanpa kabel. Jadi, inframerah dapat dikatakan sebagai salah satu konektivitas yang berupa perangkat nirkabel yang digunakan untuk mengubungkan atau transfer data dari suatu perangkat ke parangkat lain. Penggunaan inframerah yang seperti ini dapat kita lihat pada handphone dan laptop yang memiliki aplikasi inframerah. Ketika kita ingin mengirim file ke handphone, maka bagian infra harus dihadapkan dengan modul infra merah pada PC. Selama proses pengiriman berlangsung, tidak boleh ada benda lain yang menghalangi. Fungsi inframerah pada handphone dan laptop dijalankan melalui teknologi IrDA (Infra red Data Acquition). IrDA dibentuk dengan tujuan untuk mengembangkan sistem komunikasi via inframerah.

Kelebihan inframerah dalam pengiriman data
  • Pengiriman data dengan infra merah dapat dilakukan kapan saja, karena pengiriman dengan inframerah tidak membutuhkan sinyal.
  • Pengiriman data dengan infra merah dapat dikatakan mudah karena termasuk alat yang sederhana.
  • Pengiriman data dari ponsel tidak memakan biaya (gratis)



Kelemahan inframerah dalam pengiriman data
  • Pada pengiriman data dengan inframerah, kedua lubang infra merah harus berhadapan satu sama lain. Hal ini agak menyulitkan kita dalam mentransfer data karena caranya yang merepotkan.
  • Inframerah sangat berbahaya bagi mata, sehingga jangan sekalipun sorotan infra merah mengenai mata
  • Pengiriman data dengan inframerah dapat dikatakan lebih lambat dibandingkan dengan rekannya Bluetooth.

2.5 Telepon Seluler

Telepon selular (ponsel) atau telepon genggam (telgam) atau handphone (HP) atau disebut pula adalah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon konvensional saluran tetap, namun dapat dibawa ke mana-mana (portabel mobile) dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepon menggunakan kabel (nirkabel; wireless). Saat ini Indonesia mempunyai dua jaringan telepon nirkabel yaitu sistem GSM (Global System for Mobile Telecommunications) dan sistem CDMA (Code Division Multiple Access). Dan badan yang mengatur telekomunikasi seluler Indonesia adalah Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI).
Cara Kerja Telepon Seluler
Didalam ponsel, terdapat sebuah pengeras suara, mikrofon, papan tombol, tampilan layar, dan powerful circuit board dengan mikroprosesor yang membuat setiap telepon seperti komputer mini. Ketika berhubungan dengan jaringan nirkabel, sekumpulan teknologi tersebut memungkinkan penggunanya untuk melakukan panggilan atau bertukar data dengan telepon lain atau dengan komputer.
Jaringan nirkabel beroperasi dalam sebuah jaringan yang membagi kota atau wilayah kedalam sel-sel yang lebih kecil. Satu sel mencakup beberapa blok kota atau sampai 250 mil persegi. Setiap sel menggunakan sekumpulan frekuensi radio atau saluran-saluran untuk memberikan layanan di area spesifik. Kekuatan radio ini harus dikontrol untuk membatasi jangkauan sinyal geografis. Oleh Karena itu, frekuensi yang sama dapat digunakan kembali di sel terdekat. Maka banyak orang dapat melakukan percakapan secara simultan dalam sel yang berbeda di seluruh kota atau wilayah, meskipun mereka berada dalam satu saluran.
Dalam setiap sel, terdapat stasiun dasar yang berisi antena nirkabel dan perlengkapan radio lain. Antena nirkabel dalam setiap sel akan menghbungkan penelepon ke jaringan telepon lokal, internet, ataupun jaringan nirkabel lain. Antena nirkabel mentransimiskan sinyal. Ketika ponsel dinyalakan, telepon akan mencari sinyal untuk mengkonfirmasi bahwa layanan telah tersedia. Kemudian telepon akan mentransmisikan nomor identifikasi tertentu, sehingga jaringan dapat melakukan verifikasi informasi konsumen- seperti penyedia layanan nirkabel, dan nomor telepon.















BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Jaringan wireless atau nirkabel adalah salah satu contoh jaringan yang system penggunaanya menggunakan gelombang radio sebagai media transmisinya. Jaringan nirkabel saat ini sangat berkembang pesat, mulai dari jaringan komputer, handphone dan juga radio. Oleh karena itu, jaringan wireless sangatlah efisien untuk kehidupan sehari – sehari kita. Dengan adanya jaringan nirkabel ini, kita bisa praktis dalam membangun sebuah jaringan, yang mana mempunyai beberapa keunggulan, yaitu biayanya yang relatif murah, keamanan dalam proses tukar menukar data, dan kemudahan dalam penggunaanya.